Walaupun Anne dengan jiwa Daini belum sampai jatuh cinta dengan pria yang disebut-sebut adalah tunangannya itu, hatinya cukup panas melihat wanita lain menyentuh Leslie, dengan amat mesra pula.
Mungkinkah Anne salah mengenali orang?
Mungkinkah Leslie Cairns berhalangan hadir dan pria di hadapannya ini kebetulan bernama sama dan mirip dengan ciri-ciri yang diterangkan Bu Coltham, tapi bukan Cairns?
Sekelebat ingatan melintas di benak Anne. Sejak nama Leslie disebut oleh pengasuhnya, agar disangka ingatannya mulai pulih, Anne mencari keterangan tentang tunangannya itu di setiap kesempatan.
Saat tengah kelelahan setelah latihan dan tidur tapi belum pulas, Anne sempat mendengarkan bisik-bisik pegawai istana.
Setahuku, Anne itu lumayan bucin dan amat memuja Leslie. Hampir tiap hari ia menulis surat, lalu Anne sering mengunjungi Leslie. Leslie memang tak pernah menjenguk sejak kecelakaan itu, jadi aku baru tahu tenang dia belakangan ini saja.
Sambil membalas sambutan dan ucapan selamat dari para tamu undangan, tatapan Anne sebentar-bentar beralih pada pria yang harap saja bukan tunangannya itu.
Jadi apa-apaan ini?
Daripada penasaran, agar jelas duduk perkaranya, Anne memberanikan diri berasumsi. Harap saja asumsinya ini salah, jadi rasa malunya akan bisa diredam alasan amnesia saja.
Tiba di dekat sasaran, Putri Anne menyambut pasangan itu, “Tuan Cairns, Anda membawa teman rupanya.”
Pria yang ternyata benar-benar Leslie itu berusaha tetap bersikap sempurna. “Ya, Tuan Putri. Perkenalkan, Bianca Jask.”
Wanita berambut merah marun yang mengenakan gaun cokelat itu melakukan curtsy, yaitu memberi hormat dengan sikap setengah berlutut sambil memegang ujung roknya. Gerakannya sempurna, tanpa cela.
Raut wajah Bianca Jask terkesan seperti gadis lugu baik-baik, sama sekali tak ada hawa kebencian atau permusuhan sedikit pun terhadap Anne. Sikapnya itu justru menggandakan tekanan pada Anne, yang keringat dinginnya mulai menitik. Aku harus bagaimana ini?
Tanpa pikir panjang, Anne membalas salam Bianca dengan melakukan curtsy pula. “Salam kenal. Semoga Anda menikmati pestanya, Nona Jask.”
Leslie berkomentar setengah suara, “Maaf, kami tak pantas menerima penghormatan seolah-olah derajat kami lebih tinggi daripada Anda, Tuan Putri.”
Aduh, salah langkah! Pipi Anne bersemu merah menahan malu. Untung aku disangka amnesia, kalau tidak...!
Tiba-tiba musik mengalun dengan irama makin cepat, tanda dansa akan segera dimulai, para peserta diharap ke lantai dansa. Irama itu bagai bel tanda akhir ronde pertandingan tinju, penyelamat bagi Putri Raja berjiwa modern itu. Ah, ada akal!
Maka Anne bertindak cepat. Ia mengulurkan tangan ke arah Leslie seraya berkata, “Tuan Cairns, musiknya sudah dimulai. Mari berdansa denganku.”
Leslie melirik ke arah Bianca dan yang dilirik mengangguk. Jadi, dengan wajah tanpa ekspresi ia menyambut uluran tangan Anne dan membimbing pasangan dansanya ke tengah lantai dansa.
Raja Henry dan Permaisuri Mathilda bertepuk tangan dan menebar senyum ke arah putri mereka, menyangka ia sudah kembali mesra dengan sang tunangan.