Kejadian itu berlangsung amat cepat.
“Satu!” seru Spaldini saat bilah pedang pertama menghunjam Peti Kematian dari atas.
“Dua!” Satu lagi dari samping kiri.
“Tiga!” Satu lagi condong dari atas ke sisi kanan peti.
“Yak, tambah satu lagi!”
Raja Henry dan Permaisuri Mathilda gemetar melihat aksi Spaldini itu. Sudah terlambat mencegahnya, harap saja si pesulap menepati sesumbarnya. Karena kehilangan Sang Putri tercinta dan satu-satunya calon pewaris takhta Lore akibat “kecelakaan sulap” takkan dapat ditebus dengan seribu kali hukuman mati untuk Spaldini sekalipun.
“Lima!” Satu pedang lagi di bagian atas peti, agak berjauhan jaraknya dari pedang pertama dan keempat.
Bahkan Leslie Cairns di samping Bianca Jask nyaris tak tahan menyerukan nama Anne. Sebelum kata itu terlontar, ia cepat-cepat menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Di tengah lantai dansa, yang tampak adalah Vittorio Spaldini di antara dua pembantu pentas kembar, tersenyum puas ke arah peti yang sudah ditancapi lima pedang itu.
Kecuali ada trik atau ilusi tertentu pada peti mati itu, mustahil menemukan siapa pun di dalamnya dalam keadaan hidup, apalagi tak terluka sama sekali.
“Nah, buka petinya!” perintah Spaldini.
Kedua pembantu kembar menarik tutup peti kayu yang tebal dan berat, lalu mengangkatnya beserta pedang-pedang yang masih menancap di sana dan meletakkannya di lantai.
Mata Spaldini terbelalak saat ia melirik ke dalam peti.
Tak hanya dirinya, seluruh hadirin termasuk Raja, Permaisuri dan Leslie pun terpana.
Peti Kematian kosong melompong.
Tak ada Anne di dalam sana.
Yang amat aneh adalah di dasar peti tampak dua lingkaran biru berpola rumit yang berpendar. Itu jelas-jelas berkas yang tertinggal dari rapalan Sihir Teleportasi.
Entah apa sebabnya, hanya Spaldini lah yang melihat kedua berkas itu. Semua penonton, hadirin dan insan lainnya yang awam sihir tentu tak dapat melihat berkas portal sihir, hanya peti kosong saja. Reaksi mereka jelas dari sorak-sorai riuh-rendah, “Bravo!” “Wow!” “Luar biasa!” dan tepuk tangan semeriah saat menyambut kemunculan Putri Anne dari balkon tadi.
Anehnya, Spaldini tak tersenyum mendapat segala sambutan dan penghargaan itu. Matanya terus tertuju ke dasar peti mati, dahinya berkerut.
Bersamaan dengan berakhirnya atraksi sulap pamungkas tadi, acara pesta dilanjutkan dengan mingle, yaitu bincang-bincang bebas sampai selesai.