Walaupun cukup spektakuler dan cenderung ajaib, debut Putri Anne Galford dalam pesta gala istana yang baru lalu menyisakan dampak buruk.
Nyatanya, tak lebih seminggu setelahnya, dampak buruk itu memicu ledakan amarah Henry Galliard Galford Ketiga, Raja Lore. Orang-orang berpendengaran kuat bisa saja bersumpah mendengar seruan sang Raja dari sisi luar Istana Marlham.
“Tuan Perdana Menteri, lihat ini! Beraninya dia!”
Sang Raja bangkit dari meja kerjanya dan melempar secarik surat begitu saja di meja. Wajahnya merah padam, penuh geram. “Leslie Cairns membatalkan pertunangannya dengan putriku, apa-apaan ini!?”
Di hadapan Raja, seorang pria berambut jingga yang agak tambun duduk dan pasang ekspresi dan sikap tenang.
Tanpa buru-buru, Stuart Branson, Perdana Menteri Lore membetulkan letak kaca mata sebelah alias monocle-nya. Ia lantas meraih surat itu dan membacanya sejenak.
“Tertulis di sini Cairns & Co. menjamin semua asetnya tetap ada di Lore,” ujar Stuart. “Jadi sebenarnya kita tidak terlalu rugi juga, ‘kan?”
Henry membantah, “Ya, tapi kehormatan putriku sudah tercoreng! Aku takkan membiarkan Keluarga Cairns berbuat seenaknya!”
Stuart berdehem sesaat, lalu bicara, “Terus terang, Paduka, ini salah Tuan Putri juga. Saya tak habis pikir, kenapa tingkah lakunya jadi begitu?”
“Hah? Apa maksudnya?”
“Anda ‘kan sudah lihat sendiri dia mempermalukan Leslie di depan umum?”
Kata-kata Stuart membuat Raja teringat dansa Tango yang amat janggal itu, Anne berdansa bagian pria dan gerakan Leslie jadi seperti wanita.
“Padahal ia sebelumnya sangat memuja Leslie,” lanjut Perdana Menteri. “Sebelum kecelakaan itu, Anne tak pernah bertingkah seperti itu. Walau ia kena amnesia, tapi ini amat terlampau janggal.”
Henry mengangkat bahu. Ia paham, mungkin Stuart ingin membebankan semua kesalahan pada Anne. Sikap tak sopan Annelah yang menyebabkan Leslie memutuskan pertunangan, bukan hal lainnya. “Ada benarnya juga, tapi apa yang harus kita lakukan?”
“Psikis Tuan Putri sepertinya harus diperiksa, Paduka,” jawab Stuart.
“Oleh siapa lagi? Semua tabib dan psikiater bilang ia mengalami amnesia parah dan sudah angkat tangan, tak bisa lagi mengembalikan ingatannya, apalagi memperbaiki tingkah lakunya!”
“Untungnya, saya tahu orang yang tepat untuk ini.”
Henry mendelik. “Oh, maksudmu ‘dia’? Baik, suruhlah dia datang besok pagi ke istana.”
==oOo==
Keesokan paginya...