Langit menjelang gelap. Posisi matahari sudah nyaris tertutup deretan gedung besar di barat.
Dari luar jendela lantai dua istana, posisi Anne tampak membelakangi jendela dan Arcel menghadap jendela.
Perangkat laser tracker di senapan canggih si sniper dinyalakan. Ada titik sinar merah di belakang kepala Anne.
Kilatan merah di kejauhan dari tracker itu terlihat oleh Arcel, saat hendak menegur Anne yang tampak asyik sendiri.
Terkesiap, mata cokelat kemerahan Arcel terbelalak. Dengan amat sigap, Arcel menerjang ke arah Anne bagai harimau menerkam mangsa. “Anne, tiarap!” teriaknya.
“Apa?” Anne terkejut, mengira Arcel sedang kumat anehnya atau hendak memperkosanya.
Refleks, Anne mengulurkan tangan untuk mendorong pria itu menjauh. Apa daya, pria sakti itu lebih kuat dan berhasil mendorong Anne lebih dulu.
Ujung senapan laras panjang si sniper yang dilengkapi peredam suara menyalak. Sebutir peluru melesat dan memecahkan kaca jendela ruang belajar istana.
Di saat bersamaan, Arcel sudah mendorong Anne agar tiarap di balik kursi, walau nyatanya ia malah jatuh bersama Anne dan kursi Anne. Anne yang di posisi tiarap luput dari maut, namun peluru itu menerjang sisi kiri perut Arcel. Pria itu mengerang.
Refleks, Arcel menembakkan sinar jingga dari telunjuk tangannya ke arah titik merah di kejauhan. Dilihat dari halaman samping istana, yang tampak adalah selarik garis jingga yang melesat dari istana ke pohon tempat si penembak jitu bertengger.
Makin jauh dari sumber, sinar jingga tampak makin tipis dan akhirnya buyar di luar jarak jangkauannya. Sinar itu sempat menggores sedikit pipi si sniper yang terlindung selendang, sehingga setitik darahnya terpercik.
Si koboi berambut putih berdecak kesal. Lalu ia cepat-cepat berbalik dan pergi, meloncat ke pohon terdekat. Lalu ia meloncat ke dinding terluar istana, turun dengan amat cepat dan mendarat nyaris tanpa suara seperti ninja. Alhasil, tak seorang pun petugas jaga melihat si koboi yang kini melenggang pergi. Ia bahkan masih sempat merogoh jas panjangnya untuk memastikan senapan ultra canggihnya tersembunyi aman di sana.
==oOo==
Suasana istana kini hiruk-pikuk oleh teriakan-teriakan panik.
“Ada penembak gelap mengincar Tuan Putri!”
“Apa? Jangan-jangan...!”
“Tuan Putri baik-baik saja, karena gurunya pasang badan melindunginya.”
“Syukurlah! Lantas, bagaimana nasib si guru?”
“Entahlah, tabib istana sedang menanganinya!”