EVERNA Bittersweet Symphony

Andry Chang
Chapter #13

Refrain TARANTELLA

Sebuah sensasi bagai sengatan listrik menjalari sekujur tubuh Arcel. Itu adalah tanda bahaya yang terkait dengan hubungan batin antara musafir dan orang yang dilindunginya. Bila orang yang ia lindungi dalam kesulitan dalam bahaya besar, tanda itu terpicu.

Kali ini, identitas “Anne Palsu” yang terancam bakal terbongkar membuat Arcel turun dari kursi sais, meninggalkan kereta kuda dan masuk ke Toko Roti Raine’s Deli.

Di dalam toko. Arcel melihat Anne yang sedang berhadapan dengan Trevor dan Emily dengan wajah pucat. Tapi wajah Arcel ikut pucat melihat paras, rambut dan perawakan Emily. Astaga, ia amat mirip dengan... Genna! kata Arcel dalam hati.

Dengan bibir agak bergetar, Putri Anne membuat alasan, “Eh, sebenarnya... waktu itu aku sedang puasa gula selama sebulan, suruhan tabib istana. Roti Kurma jadi pengecualian, karena rasa kurmanya sudah amat manis tanpa gula. Tapi koki istana tak bisa membuat roti kurma selezat yang dari Toko Roti Raine,” kata Anne.

Trevor baru akan melabrak lagi, tapi ia mengurungkan niatnya dan menghela napas. “Ya, baiklah,” katanya. “Kurasa itu masuk akal. Tapi, tolong Tuan Putri bicara dengan lebih jelas. Aku paham ini baru sepotong ingatan pertama yang kembali setelah amnesia. Tapi usahakanlah bicara dengan lengkap dan jelas, supaya tak ada pendengar yang salah paham.”

Di sisi lain, perhatian Emily malah tertuju pada pria yang baru saja datang, yaitu Arcel. “Maaf, ada yang bisa saya bantu, Pak? Bapak masuk dengan terburu-buru sekali, lalu menatap ke arah saya seolah-olah tengah melihat hantu. Saya rasa itu kurang sopan.”

“Maaf, Nona. Saya hanya ingin memberitahu Tuan Putri dan Tuan Trevor, sudah waktunya untuk kembali ke istana,” kata Arcel.

Trevor protes, “Bagaimana bisa? Kami pergi dari istana tanpa perlu minta izin siapa pun, dan kami bisa pulang kapan saja. Jangan mengada-ada, sais, atau aku akan melaporkanmu pada Perdana Menteri Stuart!”

“Perdana Menteri? Maaf, wewenang saya sebagai pengawal rahasia Tuan Putri diberikan oleh Yang Mulia Raja sendiri. Saya hanya patuh pada perintah Raja, yaitu bertindak dan mengambil keputusan demi keselamatan Tuan Putri Anne, itu saja.”

“Huh, menyebalkan,” kata Trevor sambil berpangku tangan dan menyentuh kacamatanya dengan ujung jari telunjuknya. “Tak ada pilihan lain, kita harus kembali ke istana sekarang, jadi Tuan Putri bisa mengikuti pelajaran dari Guru Marcel Deveraux hari ini.”

Anne malah menghela napas, tahu dirinya harus menghadapi pelajaran membosankan dari guru yang sebenarnya bukan guru itu. Arcel mendelik melihat sikap Anne itu, tapi ia berusaha tetap diam saja dan menaikkan kerah jaketnya untuk menutupi wajah dan tato hitam di pipinya.

Entah Arcel menyadarinya atau tidak, sejak tadi Emily juga diam. Mata biru di balik kaca matanya terbelalak, seolah-olah mengenali si sais kereta gadungan sebagai orang yang ia kenal.

Orang yang seharusnya sudah tiada berabad-abad silam.

 

==oOo==

 

Dengan kereta yang kini penuh dengan oleh-oleh, Putri Anne, Trevor Branson dan Arcel Raine melaju dari Distrik Pasar Alceste, hendak kembali ke istana.

Seperti halnya saat berangkat tadi, mau tak mau mereka harus melewati Distrik Niaga dan Perkantoran, yang tak kalah ramainya dengan Distrik Pasar.

Parahnya, karena sekarang sudah tengah hari, jalanan jadi makin macet dan padat. Itu karena banyak karyawan keluar kantor untuk makan siang, bertemu klien atau semacamnya.

Akibatnya, banyak sekali kereta kuda dan mobil uap yang berjejalan memenuhi jalan. Suara-suara ribut orang-orang yang membunyikan klakson mobil uap, ringkik kuda yang terganggu oleh suara-suara klakson dan teriakan-teriakan tak sabar dari para pengguna jalan memenuhi udara, bersamaan dengan uap dari mobil. Emisi uap itu tak menimbulkan polusi, melainkan membuat udara jadi lebih lembab daripada seharusnya.

Kereta Anne yang terjebak dalam kepadatan dan tak bergerak sama sekali. Untunglah posisinya ada di pinggir jalan, sehingga sesekali ada celah untuk bergerak sedikit demi sedikit. Tetap saja, sesekali terdengar teriakan-teriakan dan seruan-seruan frustrasi Arcel si sais dadakan, sifat pemarahnya tanpa sadar terpicu lagi.

Sebaliknya, Anne dan Trevor tenang-tenang saja. Mereka malah bercanda dengan sangat akrab. Trevor mengungkap satu lagi pengalaman masa kecilnya bersama Anne.

Lihat selengkapnya