“K-kau... Leslie Cairns!?”
Leslie mendelik sesaat, mengamati wajah terkejut Anne dengan lebih seksama. Lalu ia menyurut mundur dan menunduk dengan amat sopan, tangan kanannya di dada kirinya.
“Maafkan hamba, Tuan Putri. Hamba tak sengaja muncul saat Tuan Putri sedang berlari sehingga menabrak hamba dan Anda jatuh,” kata si pria muda berambut cokelat pucat. “Oh ya, ada apa Tuan Putri berkunjung ke tempat kerja hamba? Mendadak pula?”
Anne cepat-cepat mengubah sikapnya dari terkejut menjadi terkesan sedikit angkuh. “Aku ingin meluruskan perihal insiden di pesta dansa yang lalu,” katanya dengan suara datar. “Masalahnya, kau pasti sudah tahu dari media tentang segala sesuatu yang menimpaku. Lagipula, kalau aku ingin membuat janji denganmu, kau pasti akan menolaknya dengan halus, bukan?”
“Hamba tak berani, Tuan Putri,” kata Leslie sambil tersenyum. “Tapi terus terang saja, sejak pesta itu hamba tak habis pikir, bagaimana bisa Putri Anne yang terkenal lugu, manja dan selalu menuntut perhatian bisa berubah begitu drastis menjadi gadis dengan pemikiran yang begitu berani dan mencengangkan, melawan arus? Apa itu karena efek amnesia?”
“Itu bisa dan sudah terjadi. Kau percaya saja pada kenyataan yang ada, seberapa pun ajaib dan tak masuk akalnya itu.”
“Baiklah, akan hamba coba. Nah, silakan mengunjungi kantorku, Yang Mulia. Biar kita bicarakan dan luruskan secara tuntas segala masalah yang terjadi sambil makan siang.”
Anne semula ingin menolak tawaran Leslie. Tapi ia baru sadar, kalau ia melakukannya, mungkin Leslie akan menduga amnesia Anne masih parah dan bakal meremehkannya. Jadi pilihan satu-satunya adalah ikut masuk bersama Leslie. Siapa tahu Leslie akan memberi Anne kendaraan untuk pulang ke istana.
“Baik, silakan tunjukkan jalannya,” kata Anne. Karena Anne asli tak pernah mengunjungi gedung Cairns & Co. sebelumnya, ketidaktahuan Anne baru tentang interior gedung kantor yang luas nan megah ini dapat dimaklumi sepenuhnya.