Sesuai perkiraan Trevor, Anne dicegat oleh Bu Coltham saat akan memasuki ruang ganti. “Yang Mulia Raja dan Permaisuri menunggu Tuan Putri di ruang makan utama. Tuan Putri harus ke sana sekarang juga.”
Anne protes, “Tapi Bu Coltham, pakaian dan badanku masih kotor setelah jalan-jalan tadi. Setidaknya, tunggu dulu sampai aku selesai mandi dan ganti pakaian...!”
Tapi Bu Coltam malah balas menghardik, “Ini perintah langsung Yang Mulia Raja, Tuan Putri! Kalau Anda mangkir dan tak mau menurut, kita berdua yang bakal kena hukuman berat! Tolong pikirkan posisi hamba juga, Tuan Putri!”
Anne terpana. Meskipun Trevor telah memberitahukan dengan gamblang apa saja yang bakal terjadi sepulangnya Anne di istana, tetap saja ia tercengang. Bila Raja ingin dirinya menghadap dalam kondisi masih kotor dan kelelahan, itu pertanda beliau sudah amat murka.
“Yah, baiklah, Bu Coltham.” Anne menghela napas. “Aku akan ke ruang makan sekarang.”
Sikap Truly Coltham melunak. Si pengasuh mengusap lembut rambut Anne sambil berkata, “Hamba mengerti, Tuan Putri pasti amat jenuh setelah berbulan-bulan tak meninggalkan lingkungan istana. Apalagi ditambah dua bulan karantina setelah serangan terakhir waktu itu. Ini memang bukan sepenuhnya salah, tapi Tuan Putri tetap harus mempertanggungjawabkan pelanggaran Anda di hadapan Raja dan Permaisuri. Biar hamba menemani Tuan Putri ke ruang makan supaya Anda lebih tegar menghadapi mereka.”
Anne mengangguk dan membiarkan pengasuh sekaligus pelayan pribadinya menuntunnya ke “ruang sidang pengadilan”.
Benar saja, saat melangkah masuk dalam ruang makan utama Istana Marlham, Anne merasakan ada hawa ketegangan yang menekannya, baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari tatapan tajam semua orang dalam ruangan itu. Ia berjalan perlahan, tubuhnya gemetar. Tampak Raja Henry dan Permaisuri Mathilda duduk berhadap-hadapan di ujung terjauh meja makan dari arah pintu.
Setidaknya Anne mengenali beberapa dari para pejabat negara dan kerabat Raja yang duduk pula di meja makan kerajaan. Yang duduk paling dekat di sebelah Raja Henry adalah Perdana Menteri Stuart Branson. Sedangkan Trevor Branson duduk dekat ujung meja makan yang terjauh dari posisi Raja Lore.
Baru saja Anne tiba di ujung meja makan paling jauh dari Raja dan paling dekat ke pintu masuk, satu teguran keras menyambut gadis itu. “Berhenti di sana, Gadis Muda. Kami ingin menanyakan beberapa hal padamu.” Raja Henry sendiri yang mengatakannya.
Anne berhenti dan berdiri di tempat, menatap lurus dengan dahi berkerut, seolah tengah berhadapan dengan orang asing. Dengan sigap Bu Coltham menyenggol Anne dengan halus, seolah memberi isyarat agar Anne memberi hormat.
Tersadar, Anne melakukan curtsy, salam hormat dari seorang wanita dengan merunduk, menekuk lutut dengan rok diangkat sedikit. “Silakan, Ayahanda Yang Mulia,” balasnya.
Henry lantas meletakkan garpu dan pisau peraknya kembali di meja makan dengan rapi. Lalu ia menyeka bibirnya dengan kain sutera di pangkuannya, menatap ke arah Anne dan mulai bicara, “Ayah dengar kau dan Dokter Trevor bepergian ke kota sejak pagi sampai sekarang.”
“I-iya, Ayahanda...”
Henry memotong, “Tanpa seizin Ayah atau Ibumu. Padahal kau sedang dalam karantina istana demi keselamatanmu. Apa alasan kau melakukan pelanggaran itu?”