Putri Anne Galford tengah tersiksa.
Bukan secara fisik dengan kekerasan, melainkan secara mental, yaitu lewat sebuah obsesi yang tidak wajar. Akibatnya tubuh gadis itu gemetaran, berkeringat banyak dan ia tak bisa tidur. Suara Anne bagai mengigau. “Dim sum... dim sum... Kumohon... beri aku dim sum...!”
Melihat itu, Truly Coltham hanya bisa membelai lembut rambut anak asuhnya, berusaha menenangkan Anne dengan kata-kata lembut. “Bersabarlah, Tuan Putri. Koki Mei Ling akan membawakan dim sum untukmu. Tenanglah, toh itu hanya kudapan saja.”
Orang awam seperti Bu Coltham tak paham, ada sesuatu yang melebihi igauan seorang gadis. Ini bahkan lebih parah daripada wanita hamil yang ngidam ingin makan makanan yang aneh-aneh di tengah malam. Seharusnya Coltham memanggil Marcel Deveraux si pengawal pribadi atau Trevor Branson si psikiater. Tapi ia malah mencoba menenangkan Sang Putri sendiri dan percaya begitu saja pada si koki baru.
Untunglah tak lama kemudian ada ketukan di pintu kamar. Bu Coltham membuka pintu dan tersenyum lega melihat Mei Ling.
“Ini dim sum-nya,” kata Koki Mei Ling. “Sesuai kesepakatan kita, biarkan saya masuk dan bicara pada Tuan Putri, mencari solusi untuk obsesinya berdasarkan pengalaman saya.”
Karena tak tahu harus berbuat apa lagi di saat genting, terpaksa Bu Coltham mempersilakan Mei Ling masuk kamar.
Tanpa buang waktu, Mei Ling menghampiri Anne di ranjang. Ia berkata, “Tenanglah, Tuan Putri. Dengan siomay ini saja, Anda tak akan perlu memikirkan dim sum atau apa pun lagi.”
Sambil mengatakannya, Mei Ling membuka tutup mangkuk bambu dan memperlihatkan tiga buah siomay, kudapan isi udang yang masih mengepulkan asap, menebarkan aroma sedap.
Anne yang sudah amat ketagihan menjulurkan tangannya dan hendak mengambil siomay tanpa pakai sendok atau garpu. Ia tak peduli lagi kulit jarinya bakal melepuh.
Tiba-tiba Bu Coltham tersentak, teringat sesuatu. Si wanita bertubuh besar lantas menyeruak di antara Anne dan Mei Ling seraya berseru, “Tunggu, aku harus mencicipi satu dulu!”
Terkejut, Mei Ling cepat-cepat menarik kembali tangannya yang terulur. Tapi terlambat, Bu Coltham ternyata cukup lincah untuk ukuran wanita setengah baya. Ia berhasil mengambil satu siomay dari wadah dan langsung memakannya.
“Aduh, jangan dimakan! Dasar bodoh...!” Kelepasan bicara, Mei Ling menutup mulut dengan telapak tangannya yang bebas.
“Mengapa tidak?” tantang Coltham sambil menelan siomay setelah mengunyahnya. “Hanya perlu satu-dua saja, Putri Anne akan tenang kembali, ‘kan? Apa jangan-jangan...!”
Tiba-tiba Coltham mengaduh sambil memegangi perutnya. Ini pertanda jelas bagi Mei Ling untuk ambil langkah seribu dari istana. Wadah berisi dua siomay ia bawa, mungkin agar tak lebih banyak barang bukti yang tertinggal.
Seteliti apa pun tindakannya, aksi Mei Ling telah gagal. Siomay itu ternyata mengandung racun tak berwarna, tak berbau. Ia ternyata berniat membunuh Putri Anne, sekalian pengawal pribadinya, Arcel kalau bisa. Tapi yang mencicipi siomay beracun itu malah Bu Coltham yang adalah orang awam, sehingga racun bereaksi lebih cepat daripada perkiraannya.
Apalagi kini di dekat ambang pintu kamar Anne, ia dicegat oleh Arcel Raine. “Hei, mau apa kau? Berhenti!”
Melihat kesempatan emas, Mei Ling yang ternyata amat sakti mengambil satu siomay lagi dan menyentilkannya dengan tenaga dalam ke dalam mulut Arcel yang masih ternganga.