Kereta kuda istana yang ditumpangi Putri Anne tiba di depan sebuah gedung bertingkat tiga dan berbentuk tidak biasa.
Bila dilihat dari jauh, Emporio du Yveline Boutique tampak seperti sebuah kue tart raksasa, lengkap dengan atap warna gading seperti vanila dan dinding merah muda seperti kue stroberi.
Pantas saja Arcel, yang sebenarnya belum pernah tahu tentang butik itu dan awam soal fesyen dapat mengenali butik itu dengan mudah, tentunya dengan informasi dari sais senior istana.
Saat Anne dan Chloe melangkah masuk butik, keduanya seakan tengah berada dalam istana ajaib di negeri mimpi. Betapa tidak, setiap jengkal gedung itu penuh dengan hiasan berwarna pastel nan lembut, berpadu-padan dengan dinding bercat putih gading.
Selain patung-patung dan pilar-pilar dengan vas bunga di atas tiap pilar, ada pula lukisan-lukisan wanita yang berderet di sepanjang dinding. Kebanyakan adalah lukisan para pendiri Butik Emporio du Yveline dan para pelanggan terbaik mereka.
Namun yang paling menarik perhatian Anne adalah lukisan si pendiri butik, yaitu Yveline du Pare. Dia seorang wanita yang cantik, anggun dan mempesona. Gaun yang dikenakannya cukup sederhana dan tidak “ramai” oleh hiasan, tapi garis-garis dan pola gaun itu amat serasi dan selaras dengan bentuk tubuh Yveline, membuat penampilannya bagai seorang dewi. Bisa jadi gaun yang dikenakan Anne saat pesta debutnya waktu itu dibuat dan dirancang senada dengan gaun di lukisan Madame Yveline.
Di ujung koridor, setelah melewati segala “iklan zaman kuno” itu, Anne dan Chloe disambut oleh seorang wanita yang cukup cantik, namun penampilannya amat kontras dengan lukisan Madame Yveline. Gaun yang ia kenakan penuh pernak-pernik dan hiasan renda dan pita warna-warni, membuat penampilannya lebih mirip wanita penghibur ketimbang perancang busana.
“Selamat datang di Emporio du Yveline Boutique, Tuan Putri Yang Mulia. Saya Jacqueline Pare du Yveline, siap membantu Anda,” sambut si pemilik terkini yang entah sudah terpaut berapa generasi dari sang pendiri butik.
Chloe bicara mewakili Anne, “Madame Jacqueline, kami kemari untuk mengepas gaun khusus untuk menonton opera bagi Tuan Putri. Sebagai perancang busana resmi keluarga Raja Lore turun-temurun, Anda wajib menyediakannya.”
“Oui, tentu, tentu saja!” jawab Jacqueline penuh semangat, tapi dengan gaya yang berlebihan dan dibuat-buat. “Seperti biasa, harga tak masalah, bukan?”
“Ya, selama kami menganggapnya pantas. Mohon simpan saja basa-basi Madame dan mulai pemilihan dan pengepasan gaunnya, karena Festival Hail’varan sudah amat dekat.”