Walaupun sudah secara resmi tak berurusan lagi dengan Leslie Cairns, tetap saja Anne menganggap Bianca Jask sebagai orang terakhir yang ingin Anne ajak bicara.
Kapan saja. Di mana saja.
Apalagi di saat paling menentukan di Butik Madame Yveline. Saat wibawa, prestise, kredibilitas dan kehormatan keluarga Raja akan ditentukan lewat keputusan Anne mengenai penampilannya. Tepatnya, saat ia akan tampil di acara pertunjukan opera malam gala Festival Hail’varan satu minggu lagi.
Jadi, kehadiran Bianca Jask, kekasih calon pewaris keluarga terkaya nomor dua di Lore jelas amat mengganggu, tak peduli apa pun maksudnya. Apalagi saat muncul, Jask melontarkan sindiran pedas pada Anne, putri keluarga terkaya nomor satu di Lore.
“Nona Bianca Jask,” tegur Anne dengan nada sedatar dan sikap sesopan mungkin. “Sungguh suatu kejutan yang menyenangkan bertemu Anda di sini. Tapi Anda tak usah kuatir, keputusan saya belum final. Lagipula, kami bisa menentukan dan menata gaya dan penampilan sendiri, terima kasih. Silakan Anda melanjutkan urusan Anda di sini.”
Yang ditegur malah mendengus dan tertawa kecil. “Urusan saya justru dengan Anda, Tuan Putri. Saya ingin menanyakan perihal sepak-terjang Anda akhir-akhir ini, terutama mengenai kunjungan mendadak dan pidato Anda di Kantor Pusat Cairns & Co.”
Anne tersentak sesaat, lalu bicara lagi, “Saya yakin Leslie... maksud saya Tuan Cairns pasti telah menjelaskan seluruh duduk perkara dan kejadiannya padamu. Tapi tenang saja, saya hanya bermaksud agar Cairns & Co. mendapatkan segala bantuan yang bisa diberikan oleh pemerintah, semata-mata karena perusahaan Anda itu adalah aset yang teramat penting di Lore. Aset yang harus diselamatkan karena menyangkut karyawan dan rakyat banyak.”
“Ya, saya sudah dengar itu dari Leslie. Tapi tak hanya dia saja. Para karyawan dan pegawai kantor juga kasak-kusuk di kantor. Mereka amat terkesan dan masih teringat pada pidato Anda. Bahkan tersebar desas-desus Leslie akan menarik kembali surat pembatalan pertunangan antara dirinya dan Tuan Putri. Kalau itu sampai terjadi, bukankah keadaan saya bakal runyam?”
Anne terpana sejenak. Mungkin Bianca berbohong, tapi itu bisa saja terjadi dan ia tak menyangka efek dari pidatonya bakal seluas dan sejauh itu. Yang pasti, Putri Anne yang semula sama sekali tak bisa berpidato tiba-tiba saja jadi orator ulung. Untuk apa ia tiba-tiba peduli pada Cairns & Co. dan aset Lore kalau bukan karena ingin mendapatkan sesuatu dari Leslie? Menyambung kembali tali pertunangannya dengan Leslie, mungkin?
Akhirnya pertahanan gengsi Anne mulai terkikis. Gadis itu lalu berkata, “Ah, saya sama sekali tak menyangka efek pidato saya bisa seluas dan sejauh itu. Tapi karena yang beredar hanya desas-desus belaka, saya bisa menyatakan bahwa maksud saya mengunjugi Tuan Cairns adalah memastikan kami berpisah dengan baik-baik dan agar hubungan antara Keluarga Cairns dan Keluarga Raja tidak sampai retak. Terus-terang, saat ini saya sudah punya kekasih baru. Jadi tenang sajalah, Nona Bianca. Kembalilah dan jadilah kekasih dan penolong terbaik bagi Leslie, karena hanya itulah yang dapat saya lakukan demi kebahagiaan kalian berdua.”
Giliran Bianca yang terpana. Ia lantas berkata terbata-bata, “Be-benarkah?” Tapi ia cepat-cepat mengubah sikapnya jadi dingin kembali. “Baiklah, saya pegang kata-kata Tuan Putri. Tapi camkan kata-kata saya ini. Jangan pernah menginjakkan kaki di Cairns & Co. dan bicara pada Leslie Cairns lagi, kalau tidak saya akan membuat hidup Tuan Putri amat tidak bahagia.”
Ancaman Jask itu bagai belati tepat menembus jantung. Orang yang melontarkannya bisa dipenjara, tapi lain dengan Jask. Jadi daripada membuat skandal baru yang akan memperunyam situasi yang belum lama diurai ini, lebih baik Anne membiarkan “belati” Jask menyerempet perasaannya.
“Nah, saya minta diri dulu. Selamat siang, Tuan Putri,” kata si rambut merah marun sambil melangkah pergi.
Bianca sempat dihadang oleh Jacqueline yang berkata, “Lho, Nona mau pergi? Bagaimana dengan gaun operanya? Apa Nona sudah menentukan pilihan?”