EVERNA Bittersweet Symphony

Andry Chang
Chapter #27

4th Verse ARIA - Part 1

Di Benua Aurelia pada umumnya, khususnya di Negeri Lore, ada dua hari raya penting yang selalu dirayakan dalam bentuk festival tahunan.

Festival musim dingin adalah Frostval, peringatan berakhirnya Zaman Es setelah Kiamat Pertama di Terra Everna. Peristiwa itu ditandai dengan ditemukannya bibit Pohon Hayat, Yggdrasil oleh dua pahlawan besar Everna, yaitu Vazar dan Marvella.

Pohon Hayat lalu ditanam dan tumbuh hingga hampir sebesar gunung. Dari Yggdrasil muncullah tiga Mahadewa baru, yaitu Vadis, Adair dan Enia. Merekalah yang lalu mengakhiri Musim Dingin Abadi, memulihkan Terra Everna dan menciptakan makhluk-makhluk hidup baru dari Pohon Hayat.

Festival Musim Dingin memperingati pemulihan dunia pasca kiamat, sedangkan Festival Musim Panas Hail’varan adalah perayaan terhindarnya Terra Everna dari Kiamat Kedua.

Sebenarnya ada peristiwa yang lebih penting daripada Pertempuran Hail’varan, yang benar-benar membatalkan Kiamat Kedua. Tapi karena peristiwa tersebut terjadi di Tanah Terkutuk Sylvania, di tempat yang dulu bernama Kraal’thragon, Benteng Kematian, para pahlawan dan tokoh Laskar Terang termasuk Robert Chandler bersepakat memilih Pertempuran Padang Hail’varan sebagai peristiwa acuan untuk Festival Musim Panas.

Yang pasti tak ada seorang pun yang bakal menduga Robert Chandler sendiri bakal hadir dalam Festival Hail’varan tahun ini, berabad-abad setelah Robert masih berstatus sebagai manusia yang hidup secara alami.

Sepanjang siang hari pertama Festival Hail’varan, Robert si musafir antar ranah berbaur dalam keramaian pesta rakyat. Hampir semua penduduk Alceste yang terlibat baik sebagai pengisi acara maupun pengunjung tampak bergembira dan bersuka-ria, seakan melupakan segala kerja keras sepanjang tahun.

Robert hanya memandang acuh tak acuh pada orang banyak itu. Festival Hail’varan telah kehilangan makna. Seperti halnya pada patung besar di Chandler Avenue, tak ada yang peduli lagi pada Pertempuran Hail’varan, Perang Suci dan perjuangan kami, Laskar Terang, batin Robert. Hanya segelintir orang saja yang hadir di gereja untuk mengucap syukur pada Vadis atas kesempatan yang telah ia berikan agar Everna tetap lestari. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang tua saja.  

Selain pekan raya, yang paling menarik perhatian Robert adalah pertunjukan-pertunjukan sandiwara yang dibawakan oleh kelompok-kelompok sandiwara keliling baik dari Alceste, kota-kota lain di Lore maupun dari negeri-negeri seberang pulau, yaitu Arcadia, Escudia dan yang terjauh adalah dari Merida.

Akan tetapi, begitu Robert menonton semua pertunjukan itu, rasa sukanya berubah menjadi muak. Pasalnya, setiap peristiwa bersejarah selama Perang Suci Pertama, Kedua dan Ketiga dibuat menjadi lawakan bergaya slapstick dan satiris, seakan menghina dan melecehkan semua pahlawan yang terlibat di dalamnya.

Contohnya, di salah satu lakon Robert Chandler sedang dikejar-kejar dan disengati sabit oleh Vordy, julukan bagi Raja Iblis Vordac. Lalu Chris, ksatria berambut merah datang menyelamatkan Rob dan mengusir Vordy dari panggung dengan menyabetkan pedang kayu di bokongnya. Rob lalu berkata pada Chris, “Terima kasih wahai muridku. Ini, kau kawini saja pacarku, Eloise dan aku mengawini sepupumu, Carol. Dengan begini, kita akan jadi sekeluarga.”

Lihat selengkapnya