Satu peluru yang bakal menentukan nasib seluruh dunia telah ditembakkan.
Sasarannya seorang gadis yang digadang-gadang bakal mencanangkan perubahan zaman.
Karena peluru itu ditembakkan dari sebuah senapan modern yang dilengkapi peredam suara, Anne sama sekali tak menduganya. Desing peluru tak dengar olehnya, teredam nyanyian para pemain opera dan musik orkestra.
Di detik penentuan hidup atau mati, tiba-tiba sesosok pria menyeruak, pasang badan di depan Anne. Tanpa ampun, pinggang pria itu terserempet peluru. Sambil berteriak kesakitan, ia roboh dan membentur pagar pembatas di sisi samping bilik balkon.
Spontan, Anne menghambur ke arah si pria penyelamat dan berseru, “Arcel!”
Trevor cepat-cepat menarik Anne sambil berseru, “Ayo, Tuan Putri! Kita harus pergi dari sini sebelum ada tembakan lagi!”
“Biar aku saja yang membawanya pergi!” Arcel memaksa diri bangkit dan merangkul Anne, menariknya lepas dari tangan Trevor dan berbalik hendak meninggalkan gedung opera.
“Tunggu! Akulah yang harus...!” Trevor mengulurkan tangan hendak mencegah Arcel.
Chloe pasang badan di antara Trevor, Arcel dan Anne sambil berkata ketus, “Biar kami melaksanakan tugas kami, Tuan Branson. Si penembak bukan orang sembarangan. Kalau Tuan sampai tewas, Putri Anne pasti akan sedih, bukan?”
“Maaf ya, Trevor, nanti kujelaskan saat kita jumpa lagi,” kata Anne sambil mulai bergerak lagi, berlari bersama Chloe dan Arcel meninggalkan bilik balkon.
Tinggal Trevor berdiri terpaku sendirian di balkon. Tatapan mata di balik kacamatanya beralih ke arah panggung, melihat si pemeran Robert Chandler sedang diringkus sedikitnya lima orang polisi.
“Bukan dia pelakunya,” gumam Trevor pada dirinya sendiri. “Sungguh mengenaskan, polisi saja terkecoh oleh tipuan murahan. Bukankah begitu... Arcel?”
==oOo==
Berlari secepat kaki melangkah, Anne, Arcel dan Chloe keluar dari Gedung Teater Caulaincourt lewat pintu darurat yang berada di belakang gedung. Mereka lantas lari menyusuri gang sempit dan keluar ke jalan raya.
Baru di sanalah Anne bisa menarik napas lega. Tapi napasnya tetap terengah-engah.
“Semangatlah, Tuan Putri! Kita masih harus berjalan amat jauh ke istana,” kata Chloe.
“Apa? Kita tak akan menumpang kereta kuda untuk pulang?” protes Anne. “Lari sambil mengangkat rok berat begini sungguh melelahkan, tahu!”
Napas Arcel juga memburu, tapi sebabnya karena terluka, bukan kelelahan. “Si penembak pasti sudah menunggu kita di pintu utama atau samping. Dia pasti tak akan menduga kalau kita bakal memilih jalan kaki saja,” katanya.
Giliran Chloe menegur, “Pilih mana, kaki lecet atau kehilangan nyawa? Ayo jalan terus, kita terpaksa ambil jalan pintas ke istana, yaitu melintasi taman kota!” Ia menunjuk ke arah rerimbunan pohon di seberang samping Gedung Teater Caulaincourt.
Karena sedang ada festival, Taman Everglades di pusat Kota Alceste kotor dan berantakan setelah pesta rakyat tadi siang. Para penduduk terlalu sibuk pesta sampai larut malam di alun-alun kota dan banyak tempat lain, sehingga belum sempat membantu membersihkan sisa-sisa pesta di taman kota.