Sekali lagi, ini adalah hari sibuk di Raine’s Deli. Namun, seperti biasa pula, kesibukan itu menyurut setelah rak-rak roti kembali lengang di tengah hari. Karena itu, Anne jadi bisa bernapas lega dan menutup toko sebentar untuk istirahat makan siang.
Saat menyusuri koridor, Anne tiba-tiba menjentikkan jarinya. Oh ya, pikirnya. Bagaimana kalau aku menjenguk Arcel sebentar? Sejak ia siuman, aku belum sempat mengucapkan terima kasih pada dirinya secara langsung. Yah, aku berpikir ketimuran seperti Daini lagi. Tunggu sebentar, aku memang Daini, kan?
Sambil senyum-senyum sendiri, Anne mengetuk pintu kamar Arcel, tapi tak ada jawaban. Ia mencoba mengetuk lebih keras, tapi daun pintu malah terbuka sedikit.
“Arcel? Ini aku, Anne...!” Didorong firasat tak enak, Putri Anne melangkah memasuki kamar.
Si gadis pirang tercekat. Arcel sudah tak tampak di mana-mana, baik di ranjangnya atau bahkan di sudut-sudut kamar. Si pemuda yang sejatinya adalah pemilik dan tuan rumah Raine’s Deli ini malah pergi, menghilang begitu saja tanpa pamit.
Anne menghela napas saja. Pasalnya, ini bukan pertama kalinya Arcel menghilang begitu saja. Dulu di istana, Arcel menghilang justru setelah menawarkan diri jadi pengawal pribadi Anne.
Kali ini, Anne melihat sepucuk surat di meja dekat ranjang. Tanpa pikir panjang, Anne mengambil lalu membaca isi surat.
Maafkan aku, Putri Anne, Chloe dan Emily.
Aku tak bisa tinggal diam. Selama para musafir kegelapan masih hidup dan berkeliaran, aku tak akan bisa tenang. Karena ada Chloe yang bakal terus melindungimu, biarlah aku yang tinggal di tempat yang terpisah dengan kalian.
Ini agar aku bisa fokus melakukan penyelidikan, melacak dan menghentikan para musafir kegelapan sebelum mereka dapat bertindak, dengan elemen kejutan yang tak akan mereka duga.
Dan Chloe, seandainya kau butuh bantuanku, kau tahu di mana aku dan cara menghubungiku. Semoga Vadis melindungi kita semua.
Salam hangat, Arcel Raine
Saat ikut membaca pesan ini, Chloe dan Emily memberi reaksi yang berbeda-beda.