“Ambil saja kembaliannya,” ujar Stephen sambil melangkah cepat, hingga sosoknya tak terlihat lagi dari balik pintu masuk toko.
Karena diberi tip, Anne lantas membungkuk penuh hormat dan kegiarangan. “Terima kasih, pak,” katanya. Saling girangnya, Anne lupa melakukan sesuatu yang penting.
Setelah dengan terburu-buru menyimpan uang tips haknya, Anne baru melihat ke samping mesin hitung dan terkejut.
Roti-roti belanjaan Stephen ketinggalan di meja kasir!
Aduh, harus bagaimana ini? pikir Anne. Kali ini ia merasa serba salah. Ia tak berani melapor karena takut ditegur lebih keras lagi. Namun, kalaupun Anne ingin mengantarkan roti itu dengan seizin Emily, ia tak tahu alamat Stephen.
Jadi, terpaksa Anne memberanikan diri bicara pada Emily, tak lupa mencari-cari alasan bohong yang masuk akal supaya tak kena damprat atau hukuman.
“Maaf Emily, ada pelanggan yang tanpa sadar meninggalkan roti yang ia beli di sini. Namanya Stephen Elgrade. Apa kau kenal padanya?” tanya Anne. Tentu ia tak mau mengaku bahwa peristiwa itu terjadi sebagian karena kesalahannya sendiri, karena tidak mengingatkan Stephen untuk membawa barang belanjaannya dari meja kasir tadi.
“Wah, Elgrade? Dia memang sering linglung,” kata Emily sambil tertawa kecil. “Tapi Stephen itu hebat, lho. Asal tahu saja, dialah yang menciptakan, membuat dan memasang oven uap air yang canggih di dapur ini.”
Emily menunjuk ke arah sebuah oven yang besarnya nyaris memenuhi satu sisi dinding ruang dapur. Barulah untuk pertama kali Anne memperhatikan merek yang tersembul di pelatnya, yaitu “Elgrade Machinery”.
Anne tercengang. Mesin sebesar itu dirancang dan dibangun oleh Stephen Elgrade sendiri – tentu saja dengan bantuan tukang-tukang sewaan pula untuk pembuatan dan pemasangannya.
Sebenarnya Anne tak terlalu terkesan karena sebagai Daini dulu, ia sering melihat oven microwave atau oven-oven canggih, modern dan bahkan terkomputerisasi di bakeri.
Tapi mengingat seharusnya Raine’s Deli berangkat dari bakeri tradisional “Abad Pertengahan” Everna, mau tak mau keberadaan oven mesin uap yang sudah dianggap paling canggih di zamannya itu membuatnya ternganga.
“Jadi, apa kau tahu alamat rumah Stephen? Dan apakah aku boleh pergi mengantarkan roti ini ke rumahnya?” tanya Anne.
“Oh, tentu saja. Dia ‘kan salah satu langganan terbaik kita... walau bukan dari segi jumlah roti yang dibelinya,” kata Emily. “Lagipula, ada Chloe di sini yang bisa bekerja sangat ahli dan cepat.”
Seakan mendengar pembicaraan itu, Chloe Hewitt yang sedang memanggang roti di satu sudut mengacungkan satu jempolnya ke atas tanpa menoleh ke belakang.