Refleks, Arcel cepat-cepat lari ke tempat yang lebih terbuka, yaitu tanah yang agak lapang tadi. Baru di sanalah dengan leluasa ia menembakkan jarum-jarum nila yang tak terhitung banyaknya sekaligus.
Hampir semua jarum itu menerpa hampir semua kupu-kupu ungu hingga mereka berledakan di udara. Ada dua kupu-kupu yang berhasil menyentuh tubuh Arcel dan berledakan. Walau dayanya tak terlalu signifikan, itu cukup untuk menimbulkan luka dalam pada tubuh si musafir.
Meringis menahan nyeri di dada kanan dan lambung kirinya, Arcel berdiri agak membungkuk, menghadapi dua wanita yang melenggang memasuki arena tarung dari arah gang. Mereka sengaja membakar setumpuk peti kayu hingga arena pertarungan jadi terang-benderang – entah untuk berapa lama.
Ini benar-benar gawat, batin Arcel. Mau tak mau akan kucoba mengalahkan keduanya sekaligus.
Bagai serigala yang terpojok, Arcel menggemeletakkan giginya, menatap nyalang pada kedua lawannya. “Terserah apa kata kalian, siapa pun yang hendak mengacak-acak sejarah harus dihentikan.”
“Sejarah yang buruk harus diubah,” balas Tan Xin. “Jask, tolong lindungi aku sementara aku merapal sihir.”
Meski terluka, si animorphus masih tetap bersemangat. Ia lantas pasang badan di antara Arcel dan Tan Xin.
“Baik, serahkan saja padaku,” kata Bianca dengan setitik rasa percaya diri yang masih tersisa.
Menilik pengalaman tarungnya, Arcel tak lantas mengumbar energi dan menembaki Bianca lebih dahulu. Apalagi kini sebentuk energi ungu mulai menyelimuti seluruh tubuh si animorphus, yang memang dimaksudkan untuk melindungi dirinya sendiri dari serangan musuh sementara ia berubah wujud. Arcel Raine hanya menyiapkan energi di kedua tangannya, siap dikerahkan lewat jurus yang sesuai dan diharapkan lebih efektif.
Seiring teriakan kerasnya, tubuh wanita berambut merah marun itu berubah makin besar dan posturnya meringkuk. Pastinya ia menjadi hewan yang berjalan dengan empat kaki, tapi rasanya mustahil Bianca akan melawan Arcel dalam wujud kucing putih lagi. Pengerahan energi dahsyat ini menandakan ia akan habis-habisan dengan wujud pamungkas.
Tubuh Bianca berubah meraksasa dan penuh bulu dan otot-otot keras. Kedua tangan dan kakinya menjadi empat kaki dengan cakar-cakar tajam yang mencengkeram erat di tanah.
Kini, setiap orang bisa mengenali wujud Bianca dengan mudah, yaitu seekor singa. Bedanya, singa siluman ini lebih besar satu setengah kali lipat dibanding singa biasa.
Ini sungguh ancaman besar bagi Arcel.
Sebaliknya, sebagai insan yang telah menghentikan Raja Iblis Mephistopheles, juga kaya pengalaman hingga menjadi musafir antar ranah dan setelahnya, tak sedikit pun Arcel takut pada sosok yang kelihatannya amat kuat, tapi bukan setara musafir antar ranah, apalagi dewa itu.
Tanpa basa-basi lagi, si singa raksasa mengaum saat melihat incarannya, mencoba menggertak dan menakut-nakuti lawan. Tak peduli aumannya berhasil atau tidak, si singa emas maju dengan langkah-langkah berat dan cepat, hendak menerjang, mengoyak lawan dengan sekali terkam.