Sementara Arcel Raine sedang menguntit Bianca Jask untuk mengungkap identitas para musafir kegelapan, Anne kembali dari rumah merangkap bengkel dan laboratorium Stephen Elgrade.
Karena masih jam kerja, Anne segera kembali ke Raine’s Deli setelah menawarkan bantuan tak terduga tadi. Sepanjang jalan menumpang kereta kuda taksi, tak hentinya ia menepuk dahi.
Kau dan mulut besarmu, Daini, rutuk Anne pada kepribadian lamanya. Tahu apa kau tentang otomotif? Bukankah kau baru SMA saat pindah dunia ke Everna? Apa kau berniat merepotkan Arcel dan Chloe, para musafir antar ranah yang sudah kerepotan melindungi nyawamu? Pikiran spontan dan impulsif itulah kelemahanmu, yang lebih banyak membawa kesulitan daripada berkah!
Yang pasti, dorongan dalam diri Anne amat besar, sehingga ia amat tertarik pada inovasi teknologi dan penemuan baru, dan lalu mengajukan penawaran gila itu.
Kini Anne jadi kepusingan sendiri. Apa benar di Everna harus ada campur tangan musafir antar ranah mengambil ilmu-ilmu dari dunia-dunia lain, menginspirasi para ilmuwan untuk membuat penemuan-penemuan baru, agar keselarasan dengan dimensi-dimensi lainnya tetap terjaga?
Untuk pertama kalinya, Anne mulai merasa sebal dengan Dunia Everna. Mungkin bukan Stephen yang bakal menjadi penemu mobil bensin pertama di dunia. Mungkin saja mobil bensin tidak harus tercipta di waktu dekat ini. Mungkin saja Anne baru tidak harus menjadi pencetak sejarah, pencetus Zaman Modern. Tidak sekarang, tidak nanti, entah kapan.
Tiba di tempat kerja, bahu Anne jadi merosot. Tapi ia kembali ingat tugasnya sebagai pelayan toko merangkap kasir, dan baru mencari Arcel atau Chloe setelah selesai jam kerja nanti.
Tanpa terasa, jam lima sore dan waktu tutup toko tiba. Anne dengan semangat menutup dan mengunci pintu toko, membuka celemek dari gaun kerjanya dan cepat-cepat pergi ke lantai dua toko yang adalah tempat tinggalnya saat ini.
Anne lalu memanggil-manggil, “Ahoi, Arcel! Chloe? Halo? Aku ingin bicara... eh, ingin minta bantuan sedikit saja.”
Tak ada jawaban. Padahal tadi saat Anne berangkat ke tempat Stephen tadi, Chloe masih ada di dapur toko roti. Hanya Arcel saja yang sejak pagi, tak kelihatan batang hidungnya. Pasalnya, Anne tahu pasti Arcel pergi karena sudah pamitan pada dirinya dan Emily setelah selesai sarapan pagi tadi.
Namun kini Chloe juga tak ada di tempat. Anne menoleh ke kanan dan kiri, mencari-cari, di manakah dia?
Seolah tahu Anne sedang mencari siapa, Emily yang sedang memasak di dapur menoleh ke belakang dan berkata, “Oh, Chloe baru saja minta izin untuk pergi malam ini. Dia ingin membantu dalam penyelidikan Arcel, katanya.”
“Oh, begitu ya. Makasih, Emily,” kata Anne sambil tertunduk agak lemas. Tak apalah kalau begitu, pikirnya. Toh aku tak usah terburu-buru membantu Stephen dulu.
Anne lantas tersenta, ia lupa membawa naik uang dan catatan hasil penjualan hari itu, dan juga belum menyisihkan roti-roti yang tersisa dari rak-rak di toko. Dengan agak terburu-buru gadis itu kembali menuruni tangga.
Saat hendak melaksanakan tugasnya, Anne mendengar bunyi lonceng dibunyikan dari sisi pintu depan toko. Ia tak menjawab segera, melainkan arah pintu depan untuk memastikan orang yang membunyikan bel bukan anak-anak atau orang iseng.