Kembali ke tengah malam di hari yang sama.
Setelah bertarung amat sengit melawan Arcel Raine, Bianca Jask sempat tak sadarkan diri karena kehabisan energi.
Sebenarnya si animorphus terluka cukup parah saat berubah ke wujud singa. Namun ada berkah tambahan bagi setiap penyihir yang kekuatan gaibnya hanya mencakup perubahan wujud sebagai hewan-hewan tertentu saja, tak menguasai sihir serangan, sihir pertahanan atau sihir pendukung apa pun.
Berkah itu adalah kemampuan gaib khusus untuk pulih dari luka luar dan dalam separah apa pun dengan luar biasa cepat. Asal ia tak terluka mematikan dan tak langsung tewas saat terkena serangan telak, asalkan ia mendapatkan cukup waktu, ia dapat pulih secara mandiri dalam waktu amat singkat.
Dalam kasus Bianca, luka-luka parah yang ia derita berangsur rapat dan pulih dalam waktu kurang-lebih satu jam saja. Seiring pulihnya luka-luka, kesadarannya turut pulih.
Kini, Bianca menemukan dirinya dalam sebuah kamar kumuh. Bedanya dengan kamar-kamar apartemen pada umumnya, wangi dupa yang cukup pekat memenuhi ruangan. Rasanya campur aduk antara membuat napas agak sesak dan menebar nuansa mistis, seolah-olah ada kekuatan supranatural yang melindungi siapa pun yang berada di dalam ruangan itu. Entah mengapa, Bianca jadi agak terbuai oleh aroma dupa itu.
Lalu, seiring kesadaran yang makin pulih, Bianca meringis karena sisa rasa nyeri dari luka-luka, pegal-pegal dan kelelahan fisik kembali teraba syarafnya.
Yang datang kemudian adalah suara teguran seorang wanita. “Wah, ternyata benar animorphus memiliki daya penyembuhan yang luar biasa. Apalagi dibantu dengan obat-obatan herbal dari Wushu, proses yang harusnya berlangsung berhari-hari tuntas dalam waktu satu jam saja. Amat mengagumkan.”
Masih agak lemah, Bianca menoleh ke arah si pembicara, yaitu Tan Xin. Ingin ia berkomentar, namun ia mengurungkan niat itu.
Melihat yang ditegur diam saja, si penyihir bermata sipit tersenyum dibuat-buat. “Langsung saja ke pokok pembicaraan. Tadi aku telah menyelamatkanmu dari serangan mematikan Arcel Raine, bukan? Pendeknya, kini kau berutang budi padaku. Dan kau dapat melunasinya dengan melakukan satu hal untukku.”
Mau tak mau si rambut marun mendelik. “Apa itu?” ujarnya.
“Kau bilang kau telah mendapatkan informasi amat penting, menyangkut tempat sasaran kita berada. Aku hanya minta kau menyampaikan itu pada diriku seorang, tidak pada anggota Ordo Gregorian atau siapa pun yang lain.”
“Tapi, demi kepentingan ordo, seharusnya kau...”
Mendadak, Tan Xin memanjangkan kuku-kuku runcingnya dan menodongkannya tepat di depan tenggorokan Bianca. “Pikir sekali lagi, apa kau sedang dalam kondisi yang memungkinkan untuk tawar-menawar denganku?” ancamnya.
Bianca hanya menggeleng. Wajahnya pucat-pasi.
“Nah, mudah saja kan? Tak usah berbelit-belit kalau tak mau mati konyol. Mulailah bicara sekarang.”
==oOo==
Anne bangun terlambat pagi ini. Itu karena ia sulit tidur setelah pertemuannya dengan Alistair Kane kemarin sore.
Biasanya gadis itu hanya merasa penasaran setelah pertama kali bertemu dan berinteraksi dengan pria-pria tampan seperti Arcel Raine, Leslie Cairns, Trevor Branson dan Stephen Elgrade.