Sudah jatuh, tertimpa tangga.
Arcel Raine duduk meringkuk dalam kamarnya dalam gedung apartemen sewaan yang pernah didatangi Robert Chandler. Ada kenangan pahit di sini, karena ia pernah kalah telak dari Robert dan hampir kehilangan nyawa.
Apalagi sebuah blunder, kesalahan besar yang tak disengaja dan dipaksakan oleh keadaan kembali mendorong Arcel kembali ke tempat ini. Setidaknya, dibanding Raine’s Deli, apartemennya kini lebih aman, karena kecil sekali kemungkinan musuh menyerang dua kali ke tempat yang sama.
Atau bisa jadi Arcel Raine justru berharap Robert Chander yang pemikirannya kadang tak terduga malah menyatroni apartemen ini sekali lagi dan melacak keberadaan sesama musafir, sesama Pahlawan Lore di sini.
Kali ini, Arcel Raine sudah siap menantang Robert Chandler untuk bertarung satu lawan satu secara jantan, bahkan bisa pula secara adil dan kesatria. Karena pada dasarnya Robert adalah seorang ksatria yang pemikirannya dipengaruhi, dicemari oleh sugesti sesat Gregor Engelsohn.
Robert Chandler harus menyadari bahwa pemikirannya keliru. Agar ada kemungkinan dia sadar, satu-satunya cara hanya dengan menaklukkannya dalam satu pertarungan ulang.
Kedua mata cokelat kemerahan Arcel tak lepas menatap kedua bilah pedang yang tergeletak di atas meja di depannya. Salah satu pedang itu berbilah melengkung dan disebut kiliji, yang ditempa ulang dan menunggu berabad-abad untuk dijemput kembali oleh pemilik sejatinya, yaitu Robert Chandler.
Pedang kedua lebih aneh lagi bentukannya. Bilahnya lurus, putih berkilap dan ada hiasan pola-pola emas tak beraturan di pangkal bilahnya. Yang paling unik adalah sambungan antara bilah dan gagang pedang itu berbentuk seperti seorang malaikat wanita dengan dua sayap yang terbentang lurus sempurna. Walau tak berpendar putih seperti aslinya, kilapan logam pedang ini tak kalah cemerlang daripada pedang kiliji.
Menatap pedang kedua lekat-lekat, kata-kata Alistair Kane lagi-lagi terngiang dalam benak Arcel. “Ini adalah replika dari pedang dewata, Excalibur Evangelis alias Pedang Malaikat Keadilan. Setahuku, pedang yang asli ditempa ulang dari pedang Raja Arthur, Excalibur dan terbuat dari debu bintang dan logam terkuat di Terra Everna, yaitu eternium.
Pedang Excalibur menghilang dalam ledakan besar saat kau, Arcel menggunakannya untuk menghabisi Mephistopheles. Ada asumsi kini Excalibur berada di Avalon, salah satu ranah jembatan gaib antara Everna dan Bumi.”
Jadi, saat Arcel menggenggam gagang Excalibur Evangelis, ada sepercik rasa akrab dan nostalgia. Namun, rasa itu tak sempurna karena pedang itu hanya tiruan yang ditempa ulang dari pedang kuno lain yang bernama Wyrthal.
Namun, ada rasa akrab yang berbeda yang terpancar dari aura pedang itu, seolah-olah Wyrthal pernah jadi milik Arcel. Mustahil sebagai Arcel Raine, karena pedang pertama Arcel dari jenis scimitar berbilah lengkung, bukan pedang panjang Aurelia seperti Wyrthal. Mungkin sosok di kehidupan terdahulu Arcel lah yang adalah salah seorang pemilik Wyrthal.
Sebelum larut dalam rasa akrab dengan pedang mirip Excalibur, Arcel Raine kembali teringat pada strategi yang disampaikan oleh Alistair Kane di akhir pertemuan di Excalibur’s Sheath.
“Karena keadaan telah jadi rumit, kita harus berbagi tugas. Masing-masing menjalankan misi yang berbeda-beda. Chloe, kau kembalilah sendirian ke Raine’s Deli. Peringatkan Putri Anne dan Emily Raine agar makin waspada, mengawasi setiap tamu yang berbelanja di toko roti, khususnya wanita bertampang oriental. Menurut perkiraanku, yang akan menyusup ke Raine’s Deli dan mencoba membunuh Anne adalah Tan Xin.”
Chloe bertanya, “Lho, hanya Tan Xin saja? Mengapa begitu?”
“Ada dua faktor. Satu, waktu itu yang melawan Arcel hanya Bianca Jask dan Tan Xin, bukan? Itu berarti Tan Xin hendak memborong jasa untuk dirinya sendiri. Kedua, para anggota Ordo Gregorian yang lain sengaja membiarkan Tan Xin ‘menggarap’ Raine’s Deli sendirian. Robert Chandler pasti hendak mencoba cara lain, yaitu menyingkirkan pelindung Anne, Arcel Raine untuk memuluskan jalan bagi Tan Xin.”
Arcel bicara, “Bagaimana jika Robert dan Tan Xin menyerang Raine’s Deli bersama-sama?”
“Kalau benar demikian, ini bisa jadi situasi terburuk. Kau bisa saja melawan Robert di toko roti, tapi bagaimana dengan Anne dan Emily? Apa kau yakin mereka akan selamat dalam kekacauan?”
Arcel terdiam.
“Jadi, untuk menghindari situasi terburuk, daripada menunggu Robert, lebih baik kau langsung mencarinya dan menantangnya untuk bertarung lagi denganmu lebih dahulu. Kekuatan kalian seimbang, jadi kau bisa saja mengalahkan, melukai atau menguras tenaga dalamnya lebih dahulu, untuk mencegahnya bekerjasama dengan Tan Xin.”
Mata Arcel dan Chloe terbelalak, seiring terbukanya mata batin mereka oleh pencerahan dari sang ketua.