EVERNA Bittersweet Symphony

Andry Chang
Chapter #52

5th Verse ARPEGGIO - Part 1

Semula, Arcel hendak pindah saja ke tempat yang agak jauh dari atap datar gedung apartemen yang kini ia pijaki, andai sinyal telepatinya tak menjangkau sasaran.

Namun rupanya ia tak perlu melakukan itu, karena Robert Chandler, orang yang dituju, telah membalas isyarat panggilannya dengan telepati pula. Aku sudah tahu lokasimu. Tetap diam saja di sana, aku akan segera mendatangimu.

Ironis. Cara tercanggih untuk berkomunikasi di Zaman Mesin ini justru adalah cara kuno yang sudah digunakan selama ribuan tahun. Namun metode telepati ini bukan cara yang umum, karena hanya penyihir, pendekar atau semacamnya yang menguasai ilmu kebatinan supranatural saja yang dapat menggunakannya.

Telepon dan telegraf telah tercipta di zaman Arcel berada kini, namun jaringan telepon belum luas dan sangat merepotkan dan bodoh untuk pergi ke kantor telegraf untuk berkirim pesan perihal tantangan untuk bertarung. Jadi, telepati tetap adalah cara paling rahasia dan tak akan terlacak, kecuali oleh pengguna telepati lain.

Silakan, tak apa mereka datang, batin Arcel. Makin banyak yang menonton, makin banyak saksi yang akan maklum akan pilihan Sang Zaman, yaitu siapa yang berhak memaksakan kehendaknya pada si pecundang sebagai hasil akhir dari sebuah pertarungan. Ini konvensi dan kode etik yang tak begitu beradab, namun efektif, berlaku dan diakui di kalangan pendekar dan penyihir segala zaman.

 Baru saja banjir pikiran Arcel surut, ia melihat seorang pria berpakaian koboi serba hitam, lengkap dengan jas panjang. Pria itu berdiri tegak, setengah berjinjit di atas satu kaki, seakan meniti tembok pembatas pada sisi ujung atap. Itu jelas pameran kekuatan, sekaligus menebarkan ancaman nyata pada calon lawannya.

Tak salah lagi, dialah Robert Chandler.

Namun Arcel bergeming, ekspresi wajahnya tak berubah sama sekali. Ia sudah terlalu banyak menghadapi musuh yang menebar ancaman di detik pertama kemunculannya. Malah ia balik menebar ancaman yang berbeda, yaitu menghunus dua pedang dari sarung di punggungnya, lalu menggenggam keduanya erat-erat di sisi kiri dan kanan tubuhnya sambil pasang kuda-kuda.

Tindakan itu alhasil membuat Robert melangkah turun dari dinding pembatas, lalu berjalan perlahan mendekat ke arah Arcel untuk melihat lebih jelas sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia hanya mengambil lima langkah dan berhenti masih cukup jauh, siap menembaki lawan dengan kedua pistolnya.

Dengan nada amat dingin, Robert berkata, “Dari mana kau mendapatkan kedua pedang itu?”

“Apa urusanmu?” Arcel enggan berbasa-basi, karena segalanya yang perlu dibicarakan di antara mereka telah diutarakan dalam pertarungan sebelumnya, yang mana pikiran keduanya ternyata saling bertentangan bagai gelap dan terang. “Kau bukan di pihak Laskar Terang lagi, bukan?”

“Aku masih tetap berkiblat pada Laskar Terang. Engelsohn sudah bersumpah untuk mendukungku mewujudkan cita-citaku.”

“Ya, kita sudah pernah membicarakan itu. Tapi aku ingatkan lagi, Laskar Terang di zaman silam telah bertransformasi menjadi Ordo Altair, dan ditangani langsung oleh Sang Musafir Pertama, Alistair Kane. Sedangkan Engelsohn memimpin Ordo Gregorian yang berseberangan dengan Ordo Altair. Meskipun Engelsohn mengaku ordonya berkiblat pada terang, tindak-tanduk mereka malah condong pada kegelapan. Lihatlah rekan-rekanmu, mereka semua adalah penjahat maniak.”

“Tak usah membahas itu lagi. Keputusanku sudah bulat. Jawab saja pertanyaanku, jangan berputar-putar.”

Lihat selengkapnya