“Harus bagaimana ini? Ke mana kita harus pergi sekarang? Di mana kita akan tinggal? Di apartemen Arcel yang sempit dan bau?”
Inilah pertanyaan-pertanyaan yang mengemuka saat keempat insan senasib-sepenanggungan, yaitu Anne, Arcel, Chloe dan Emily duduk bersama di ranjang dan kursi-kursi apartemen satu kamar Arcel di Alceste.
Namun tentunya Anne sesekali minta maaf pada dua generasi Keluarga Raine, yaitu Arcel dan Emily karena telah secara tak langsung menghilangkan Raine’s Deli, toko roti amat bersejarah warisan turun-temurun yang telah bertransformasi entah berapa kali selama lebih dari sepuluh abad.
Arcel Raine malah minta maaf pula pada Emily karena salah bertindak. Seharusnya ia cepat-cepat melenyapkan Bianca Jask si mata-mata, bukan membuntutinya untuk mencari tahu letak markas besar Ordo Gregorian.
Seharusnya pula Arcel ikut membantu melindungi Anne dan Raine’s Deli, berjuang bersama melawan Tan Xin. Dengan begitu, bencana terbakarnya tempat tinggal Emily tak harus terjadi.
“Yah, mau bagaimana lagi?” tanggap Emily, derai air matanya sudah kering kini, walau ia masih dirundung duka mendalam, seakan-akan baru kehilangan satu anggota keluarganya. “Gandum telah menjadi bubur.
Sebenarnya aku sudah menyadari resiko Anne akan ketahuan sembunyi di toko kita. Tapi waktu itu aku sedang butuh karyawan-karyawan baru. Itu karena aku tak tega memensiunkan semua karyawan toko yang sudah tua sampai mereka minta pensiun sendiri, serempak pula. Sudah niscaya Raine’s Deli akan berakhir di tanganku yang tak becus ini. Tapi aku tak menyangka akhirnya akan berapi-api seperti itu.”
“Maafkan kelancanganku, tapi mungkin Vadis sudah mengatur segala rentetan peristiwa ini secara ilahi hingga berujung seperti ini, bukan sekadar kebetulan belaka. Seperti inilah suratan takdir bekerja demi terwujudnya tujuan utama, yaitu tercetusnya Zaman Modern berkat prakarsa Anne. Tak ada gunanya saling minta maaf, apalagi saling menyalahkan. Karena sesempurna apa pun tindakan dan keputusan kita, takdir ini tetap harus terjadi, papar Chloe Hewitt sambil merawat luka parah Anne yang belum sembuh betul.
“Chloe benar,” kata Arcel sebagai sosok bertampang paling sebaya dengan Anne, namun paling “dituakan” di antara keempat orang itu. “Yang terpenting kini, kita harus mencari tempat tinggal baru untuk kalian. Kuusulkan kalian berlindung dulu di markas Ordo Altair, yaitu Restoran Excalibur’s Sheath di Everingham.”
Chloe protes, “Kurasa itu tak mungkin. Setiap hari restoran itu ramai pengunjung. Konon, Perdana Menteri dan pejabat-pejabat pemerintahan Lore kerap kali berkunjung di sana entah untuk makan, berbincang-bincang atau membicarakan hal-hal serius. Bisa kalian bayangkan resikonya, ‘kan?”
Anne mengangguk setuju. Bayangan dirinya yang jadi pelayan di Excalibur’s Sheath diseret paksa kembali ke istana membuat perutnya mual tanpa sebab.