Dalam hal dua insan yang saling bersambung rasa, tak hanya Anne saja yang mendapat firasat kuat.
Bedanya, firasat Trevor Branson datang terlambat. Si psikiater merasakan Anne tengah memanggilnya, tepatnya memohon pada dirinya agar jangan datang.
Tapi, jangan datang ke mana?
Bencana apa yang akan mengikutiku?
Daripada memusingkan hal itu, Trevor teringat pada sebuah urusan. Oh ya, bicara tentang mendatangi suatu tempat, aku yakin Bianca Jask tengah melaporkan dan meminta pada pihak yang berwajib agar secepatnya mengusut, bahkan menuntut Stephen Elgrade. Dengan demikian, kejadian perkara kebakaran Raine’s Deli akan ditetapkan sebagai murni kecelakaan, tak disebabkan oleh kesengajaan yang tak masuk akal.
Namun Trevor tercenung lagi di meja kantor merangkap ruang praktek psikiaternya. Masalahnya, ada hal-hal yang jang janggal pada Bianca Jask. Jask mengaku mewakili perusahaan besar, tapi ia tak punya surat izin untuk melakukan penyelidikan di tempat kejadian perkara. Bukankah itu akan menambah masalah, kasus dan mencoreng citra perusahaan?
Atau jangan-jangan...!
Bianca Jask sengaja ingin menutup-nutupi kenyataan bahwa ada orang sakti menyerang Raine’s Deli, karena ia tahu orang itu hendak mengincar nyawa Putri Anne yang bersembunyi di sana. Dari gelagat itu, mungkin sekali Jask terlibat dalam komplotan yang kerap melancarkan percobaan pembunuhan terhadap Anne.
Ini gawat! batin Trevor. Aku harus mencari Putri Anne karena firasatku berkata ia masih hidup. Tapi yang lebih penting lagi, aku harus memperingatkan Stephen Elgrade. Kalau kecurigaanku benar, Jask pasti bukan melapor pada polisi. Yang akan mendatangi tempat Stephen adalah orang-orang komplotannya! Alih-alih menangkap Stephen, mereka pasti bakal membungkamnya selama-lamanya!
Trevor lantas melihat ke buku catatannya, menemukan alamat rumah-bengkel Stephen Elgrade di sana dan menghela napas lega. Untunglah, selepas dari penyelidikan di Raine’s Deli ia dan Bianca mendapatkan alamat rumah si penemu dari Kantor Paten Alceste.
Jadi, inilah waktu bagi Trevor untuk bergerak cepat, berpacu melawan waktu. Ia bergegas keluar dari kantornya, membawa payung dan perlengkapan seadanya.
Saat membuka pintu, Trevor melayangkan pandangannya ke sekeliling ruang kantor merangkap ruang praktek psikiaternya.
Menatap pada ranjang sofa tempat pasiennya berbaring.
Pada sofa empuk di sebelah ranjang sofa, tempat ia menjelajahi setiap benak yang dalam kegelapan untuk mencari titik terang.
Pada lembaran-lembaran ijazah dan piagam penghargaan yang terbingkai dan tergantung rapi di dinding, bukti pencapaian dan prestasi Trevor selama ini.
Terbersit kemudian satu firasat, Trevor sedang melihat ruang prakteknya untuk terakhir kalinya.
==oOo==