Malam jahanam menjelang datang
Akankah kulihat lagi terbitnya siang?
Enam orang yang duduk dan berdiri mengelilingi meja makan dalam rumah-bengkel Stephen Elgrade semua berwajah tegang.
Apalagi Anne Galford dan Trevor Branson, keduanya duduk di tengah ruangan dan dikelilingi yang lainnya, seolah-olah mereka sedang menjadi terdakwa dalam sidang pengadilan.
Chloe, Emily dan Stephen seakan bertindak sebagai juri, dan Arcel, yang paling “dituakan” bertindak sebagai hakimnya.
Setelah mendengarkan keterangan Trevor soal kedatangannya, Arcel mengelus dagu dan mengerutkan dahi. “Yah, apa boleh buat,” katanya, “kurasa Trevor sebagai manusia awam tak mungkin bisa menyadari kuasa-kuasa gaib yang sedang bekerja di sekitarnya. Posisinya yang terlalu strategis sebagai kekasih Anne, ditambah akses ke Keluarga Raja dan Kantor Perdana Menteri membuatnya kerap dimanfaatkan oleh komplotan Bianca Jask.”
Chloe menambahkan, “Bianca Jask pasti sudah menduga tujuan Trevor mengunjungi lokasi kebakaran hanya untuk mencari tahu apakah Putri Anne selamat atau tidak, bukan untuk kepentingan Keluarga Raja dan Kantor Perdana Menteri. Dia lantas memperalat Trevor dengan menggunakan nama perusahaan tempat kerjanya. Dan Trevor yang pada dasarnya jujur dan tulus hati percaya saja pada si pengelabu benak, dan inilah yang terjadi.”
Sambil tertunduk penuh penyesalan, Trevor berujar, “Maafkan aku. Aku sungguh tak menduga bakal begini jadinya.”
“Aku juga tak menyangka bakal bertemu Trevor, padahal ia hanya berniat memperingatkan Stephen Elgrade saja akan bahaya yang mengancamnya,” sahut Anne yang tertunduk. Ia merasa risih karena keberadaannya telah merepotkan dan membawa kesulitan besar bagi teman-temannya, terutama Arcel dan Emily.
Arcel mengangkat bahu. “Yah, mau bilang apa lagi. Yang terjadi telah terjadi, walau kita sudah berusaha keras untuk mencegahnya. Yang penting kini, musuh sudah tahu keberadaan Putri Anne di sini dan akan menyerang tiap saat. Kita harus lari dari sini, secepatnya!”
Kata-kata Arcel itu bagai pelatuk yang memicu peluru untuk meluncur keluar lewat tembakan pistol. Namun teman-temannya yang lain masih bergeming.
“Sebelum kita melakukan itu, kita harus memastikan satu hal dulu,” ujar Emily. “Apakah mobil untuk pelarian kita sudah siap?”
Stephen menanggapinya dengan mengurut dahi dengan dua jari. “Aku punya kabar baik dan kabar buruk,” ujarnya. “Kabar baiknya, mesin Model T sudah kami modifikasi ulang pada mobil uap modifikasi. Hasilnya, kecepatan mobil uap modifikasi sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya.”
“Lantas apa kabar buruknya?” tanya Anne.
“Kecepatannya masih di bawah kecepatan prototipe mobil Ford Model T. Karena sepertinya sudah tak ada waktu untuk merombak semuanya lagi, terpaksa kita harus menggunakan mobil modifikasi, dengan resiko kesulitan yang lebih besar. Apalagi bila musuh berkuda dengan amat cepat.”