Semesta mendukung takdir yang telah disuratkan.
Perasaan amat tegang dalam malam yang mencekam, trauma diincar kematian yang mengancam jiwa Anne terang-terangan kini terulang lagi.
Beda dengan dua kali sebelumnya di Taman Kota Alceste dan Raine’s Deli, kali ini Anne duduk dalam kereta kuda, ditemani oleh Trevor Branson di sebelahnya dan Arcel Raine sebagai sais.
Jadi, wanita yang sama-sama menggunakan gaun bercelemek seragam biru kehijauan di mobil Stephen Elgrade bukan Anne. Mereka telah berhasil mengecoh para pengejar pimpinan Tan Xin.
Terlalu sibuk untuk panik, sang Putri Raja berambut pirang dan panjang itu harus berpegangan dengan kekasihnya dan dinding bilik kereta yang tertutup, menahan tubuhnya agar tak terlonjak dan membentur sesuatu tiap kali kereta berguncang keras.
Sesuatu mendorong Anne mengintip dari jendela kereta saat guncangan-guncangan reda. Namun yang ia dapat adalah hardikan. “Jangan, Anne! Kita belum aman! Masih ada beberapa musuh yang mengejar kereta kita, mereka dipimpin oleh Robert Chandler!”
“Oh, baik! Maaf!” Anne menyurut bagai kura-kura yang kembali masuk dalam tempurungnya.
“Trevor! Bantu aku menembak mereka! Kau bisa menggunakan pistol, ‘kan?” seru Arcel.
Trevor menyahut, “Ya, tapi tak begitu...!”
“Lakukan saja! Cepat, mereka makin dekat!”
Trevor mengeluarkan dua pistol jatahnya dari Chloe dari tas, lalu menyerahkan satu pistol dan kotak berisi peluru pada Anne. “Ini, bantulah aku pegangi semua ini. Kalau peluruku habis, tolong serahkan pistol kedua padaku dan isi pistol kosong dengan peluru.”
“Tapi bagaimana caranya?” tanya Anne?
“Kau gadis pintar, Tuan Putri. Tenang saja, aku tak akan boros tembakan.” Sambil menjawab sekenanya, Trevor menjulurkan tubuh ke luar jendela sampai separuh dada, lalu mulai membidik dengan pistolnya.
Segera, terdengarlah suara-suara letusan pistol, baik dari Arcel yang hendak menghemat tenaga dalamnya dan Trevor, maupun dari para pengejar. Suara-suara itu berpadu dengan guyuran hujan, derap lari puluhan kuda dan entakan roda-roda kereta, membuat malam terasa makin mencekam.
Apalagi ada peluru-peluru nyasar yang menghantam kereta Arcel. Hebatnya, bahan kayu ek pada kereta amat kokoh dan cukup tebal sehingga peluru tak sampai tembus ke dalam bilik.