EVERNA Bittersweet Symphony

Andry Chang
Chapter #70

4th Verse WALTZ

Rumah gedung milik Horatio Hymn telah relatif sunyi untuk entah berapa lama. Suatu malam, kedatangan “tamu tak diundang” sempat membuat kegaduhan di halaman belakang selama kira-kira setengah jam.

Setelah itu, gedung kembali sunyi, tak ada lagi suara-suara teriakan dan pertarungan. Untunglah halaman rumah Hymn amat luas, sehingga kegaduhan tadi tak mengganggu para tetangga yang rata-rata sudah terlelap.

Sebenarnya, si pianis telah memperhitungkan segala sesuatu sejak lama. Karena itu pula ia selalu berlatih, menciptakan lagu dan lain sebagainya di larut malam hingga menjelang fajar, baru tidur dari pagi hingga menjelang siang.

Namun, serapi apa pun rencana telah disusun, akhirnya satu tamu yang benar-benar sakti, cerdas dan berpendengaran amat tajam berhasil menemui si tuan rumah.

Dan kini, keduanya terkapar telentang di tanah. Wajah dan tubuh mereka babak-belur dan penuh noda tanah dan darah, tapi para pria itu tersenyum puas di sela-sela ekspresi meringis.

“Wah, ternyata kau petarung yang tangguh, Hymn,” ujar Arcel Raine lewat satu pengakuan tulus. “Siapa sangka, pianis sepiawai Orpheus ternyata juga seorang penembak dan petarung ulung.”

“Itu panjang ceritanya,” tanggap Hymn. “Yang pasti, kini aku tahu kau kemari dengan niat baik dan bersahabat. Selama tarung tadi kau tak satu kali pun menggunakan tenaga dalam. Padahal jika kau melakukannya, kau pasti akan menang dariku.”

“Tapi kalau begitu niat baikku jadi tak tersampaikan padamu. Misiku gagal dan aku jadi pecundang yang sesungguhnya.”

Masih berbaring, Hymn menengus. “Apa kau pikir aku bersedia membantumu dalam misi apa pun itu?”

“Aku belum berasumsi ke sana. Biar kuterangkan dulu misiku selengkap-lengkapnya, dan keputusan akhir ada pada dirimu.”

“Apa misimu?”

“Kami sedang menyelidiki Bianca Jask, karena kami menduga ia terlibat dalam sebuah persekongkolan yang dapat mengacaukan dunia. Dan kami butuh bantuanmu sebagai mantan mitranya untuk menghadapinya, sekaligus membongkar persekongkolan itu.”

Namun Horatio malah menanggapinya dengan berkata, “Aku tak habis pikir, bagaimana aku bisa membantumu? Sudah kira-kira dua tahun ini aku tak berkomunikasi, apalagi betemu dengan iblis pengkhianat itu.”

Kata “iblis pengkhianat”, ditambah ekspresi wajah Hymn yang seperti orang yang jantungnya terenggut dan ingin merebutnya kembali membuat Arcel tersentak. “Astaga, separah itukah? Apa yang sebenarnya telah terjadi di antara kalian berdua?”

Horatio Hymn terdiam sejenak, lalu ia memaksa diri bangkit dan menatap tajam ke arah Arcel. Dari gelagatnya, bisa jadi ia hendak menyeret tubuh si musafir yang masih terkapar dan melemparnya ke luar rumah.

Sebaliknya, si musafir berkata, “Ceritanya panjang sekali. Kita bicarakan di dalam saja, setelah kita cukup segar.”

 

Lihat selengkapnya