Segalanya berlangsung serba cepat.
Sang target, Anne sedang berderap bersama Horatio Hymn, menunggangi kuda yang sama. Anne di depan dekat surai kuda, sedangkan Hymn duduk di belakangnya, melindungi gadis itu dari serangan dari belakang.
Tentu saja, Anne dan Hymn dilindungi pula oleh formasi tujuh gipsi penunggang kuda yang mengelilingi mereka, dipimpin oleh Janet Pedrosa di deretan terdepan sebagai pemandu jalan.
Tempat tujuan mereka jelas, dan mereka hendak memancing pasukan Robert ke sana.
Yang tak mereka duga, ternyata Robert menyadari pelarian Anne lebih dini daripada rencana. Jarak pengejaran musuh jadi terlalu dekat, dan sosok tercepat, yaitu Robert yang menunggang unicorn makin mempersempit jarak dengan regu Anne.
Robert dapat menyusul dan masuk jarak tembak setiap saat. Nyawa Anne dan setiap insan pelindungnya kini seakan ada di ujung tanduk “banteng-banteng” pengejar.
Mau tak mau Anne membenamkan wajahnya dekat surai kuda.
Yang dikuatirkan Anne terjadi sudah. Peluru-peluru berdesing. Satu orang gipsi tumbang, membuat formasi Janet tak utuh lagi. Namun dengan sigap gipsi berikutnya masuk mengisi posisi gipsi yang tumbang.
Sebuah keanehan lantas terjadi. Tiba-tiba saja suara-suara tembakan dan desing peluru terhenti. Refleks, Anne menoleh ke belakang di balik tubuh Hymn.
Anne terkesiap, tampak regu Robert sedang dirubung pelbagai macam makhluk. Yang Anne kenali hanya para peri kecil bersayap capung yaitu pixie dan para lebah raksasa yang disebut hornet.
Melihat jarak Robert, Paliades dan dua musuh lain makin jauh dari dirinya, tak sengaja Anne menghela napas lega.
Namun kelegaan Anne tak bertahan lama. Belum terlalu jauh di depan, Anne menoleh ke belakang lagi dan melihat Robert dari kejauhan berhasil meronta, membebaskan diri dari gerombolan makhluk gaib yang merubungnya.
“Horatio, si koboi pemimpin musuh mengejar kita!” seru Anne dengan nada panik.
“Gila, sekuat itukah dia?!” Horatio juga menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali menghadap ke depan sambil mencondongkan tubuh ke depan agar kuda berpacu lebih cepat.
Tanpa sadar, dada Horatio menekan punggung Anne sehingga gadis itu makin rapat ke punggung kuda. Di satu sisi, Anne merasa sesak dan tak nyaman. Tindakan Hymn itu kurang ajar, baik bagi Putri Raja atau gadis mana pun seperti dirinya. Namun di sisi lain, rasanya juga seperti dekapan hangat dan... nyaman.
Rasa yang aneh itu rupanya tak bisa mengalahkan ketegangan yang kembali mengentak jantung Anne. Betapa tidak, sekali lagi ia dikejar terang-terangan untuk dibunuh. Pertama oleh Tan Xin, dan kali ini oleh Robert Chandler.
Menurut Arcel, Robert lebih kuat daripada Tan Xin. Jadi bakal lebih sulit lagi bagi Anne untuk lolos dari ancaman nyawa kali ini. Apalagi kini Arcel dan Chloe tak bisa membantunya, itu karena mereka sedang tertahan oleh para musafir musuh yang lain.
Peluru-peluru dari pistol dan senapan Robert berdesingan, dibalas dengan peluru-peluru dari Janet, para gipsi dan Horatio.
Sesekali terdengar pula suara teriakan dan erangan kesakitan dari pihak gipsi. Dua lagi penunggang kuda dalam formasi Janet tumbang, dan tak terdengar satu pun teriakan dari Robert. Dapat diasumsikan, tembakan-tembakan Robert lebih akurat daripada para lawannya yang harus menembak ke belakang sambil berkuda.
Walau demikian, kelompok Anne akhirnya tiba di titik tengah Hutan Tranvia, tempat Physallis berada. Tapi yang menyesakkan, jangankan wujud serigalanya yang ganas, wujud unicorn Physallis tak kunjung datang menolong Anne.
Apakah Physallis sedang berhalangan, atau ia berubah pikiran seperti manusia, mengingkari janjinya saat ia memberkati Anne untuk hadir apabila dibutuhkan untuk melindungi Anne?
Anne lantas turun dari kuda bersama Horatio, Janet dan satu gipsi yang belum tumbang. Tanpa sadar ia tersenyum sendiri. Ia mungkin menganggap ini tempat yang indah dan sempurna untuk menyambut kematian.