EVERNA Bittersweet Symphony

Andry Chang
Chapter #79

1st Verse PENTATONIC - Part 1

Lima musafir menguak takdir.

Dalam pertempuran kali ini, Emily Raine dan Stephen Elgrade terhitung orang-orang yang paling beruntung di antara semua pejuang lainnya, baik di pihak Anne atau Robert.

Karena jumlah musuh tak terlalu banyak dan terpisah-pisah berkat taktik “benteng tiga lapis” Arcel Raine, kelompok Emily dan Stephen berhasil mengurangi jumlah para pemburu bayaran dan membuat yang masih tersisa kehilangan nyali dan melarikan diri.

Walaupun tak sedikit yang gugur di pihak gipsi, kedua sahabat Anne itu hanya mendapat luka-luka goresan yang tak begitu parah di kulit masing-masing.

“Ah, baguslah ‘jatah’ kita sudah tuntas,” kata Emily sambil ia menghela napas lega.

“Tapi Arcel dan yang lain masih membutuhkan bantuan kita, terutama sihirmu,” kata Stephen sambil menepuk pundak si gadis berambut merah jambu pucat dan berkacamata.

“Oh ya, benar juga. Tapi setidaknya biarkan aku mengambil napas dulu. Aku ‘kan bukan tipe petarung atau pejuang.”

Masalahnya, kendatipun Stephen tak keberatan dan juga ingin istirahat sejenak, situasi dan kondisilah yang memaksa keduanya bergerak lagi. Pasalnya, para musafir sakti yang masih bertarung bergerak makin dekat dengan posisi mereka di barikade terluar. Terpaksa si penembak dan si penyihir bergerak lagi diikuti oleh beberapa orang gipsi yang masih bisa bergerak.

Sisi luar barikade lapis kedua justru tampak sepi. Suara-suara pertempuran terdengar dari titik tengah antara formasi inti empat kereta dan sisi terdalam barikade lapis kedua. Tanpa pikir panjang, kelompok Stephen dan Emily bergegas ke lokasi itu. Dari kejauhan, tampak pertempuran yang berlangsung amat sengit.

“Wah, saatnya kau ikut campur, Emily. Tapi hati-hati, nanti kau malah melukai kawan sendiri juga.”

Peringatan Stephen yang terkesan agak menyindir atau kurang percaya itu dipahami Emily dengan lebih luas. Rupanya Emily telah bersambung rasa dengan Stephen, sehingga tak tersinggung sama sekali dan tak salah paham. Rupanya, diam-diam mereka telah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.

“Baik, akan kuingat-ingat itu,” jawab Emily.

“Nah, kucoba menjatuhkan satu-dua musuh dulu.” Stephen lalu meenembak dengan pistol yang ia “pinjam” dari seorang gipsi yang gugur ke arah salah seorang musafir musuh yang sedang bertarung melawan Chloe Hewitt.

Lihat selengkapnya