EVERNA Bittersweet Symphony

Andry Chang
Chapter #86

1st Verse PIANOFORTE

Sesuai rencana, Anne mengunjungi Kantor Pusat Cairns & Co. di Distrik Niaga Everingham, Alceste. Horatio Hymn dan Chloe Hewitt ikut mendampinginya.

Tujuan utama tim Anne tentunya adalah melabrak langsung Bianca Jask, sekretaris pribadi merangkap kekasih Leslie Cairns, Wakil Direktur Utama perusahaan itu. Jask sudah jelas terlibat dengan Ordo Gregorian, jadi kunci untuk menghentikan rencana gila Engelsohn dengan menyerang sarangnya ada pada Jask saja.

Karena Engelsohn sedang melancarkan aksinya yang paling gila dan mengerikan, yang berdampak buruk pada seluruh Everna, Anne sudah tak sempat lagi mencari bukti konkrit keterlibatan Jask dalam revolusi itu untuk meyakinkan Leslie.

Satu-satunya modal Anne hanya kharismanya saja.

Seperti perkiraan Arcel, Anne, Horatio dan Chloe melenggang sampai ke ruangan Direksi. Namun, usaha itu tak sepenuhnya lancar karena mereka tertahan di meja Sekretaris Direktur Utama.

“Maaf, jadwal Pak Wakil Direktur Cairns sedang amat padat hari ini,” kata si sekretaris yang hanya setengah melirik ke arah Anne dan kedua rekannya.

Rupanya si wanita setengah baya langsung berasumsi semua tamu pasti hendak menemui Leslie karena ayahnya, Ebenezer Cairns sudah makin jarang masuk kantor. “Jadi bila tak ada hal yang amat penting dan mendesak, saya sarankan Anda buat janji dulu untuk satu minggu ke depan...”

“Bu Clementine sudah lupa padaku, ya?” kata Anne. “Saya Anne Galford yang pernah berkunjung, bertemu dan berpidato di depan para karyawan kantor ini dulu.”

Terperanjat, Clementine Fayer yang sedang mengetik surat menegadah, lalu cepat-cepat berdiri dan membungkuk. “A-ampuni kekurangajaran hamba, Tuan Putri. Tapi akhir-akhir ini kantor memang sibuk sekali. Bagaimana saya bisa lupa? Berkat pidato Tuan Putri dan bantuan modal dan insentif pajak dari pemerintah, Perusahaan Cairns bangkit dari krisis keuangan. Bisnis amat ramai, kantor ini jadi luar biasa sibuk! Tapi sekretaris pribadi Pak Leslie malah tak masuk kerja.”

Kekecewaan tergurat di wajah-wajah ketiga tamu. Tujuan utama kunjungan mereka, yaitu melabrak Bianca pupus sudah.

Namun Anne tak mau pulang dengan tangan hampa. “Saya senang sekali mendengarnya. Maafkan penampilan saya yang amat bersahaja ini, tapi kami harus menemui Pak Leslie untuk urusan yang luar biasa penting. Ini menyangkut sekretarisnya, Bianca Jask dan kebaikan seluruh negeri.”

“Ah, benarkah?” mata Clementine terbelalak di balik kacamata tebalnya. “Biar kuberitahukan langsung pada Pak Leslie!” Rupanya ia memang ekstra antusias terhadap urusan yang menyangkut sesama sekretaris sehingga tak menggunakan telepon, perangkat penemuan baru tercanggih di masa itu.

Pasalnya, andai Ebenezer mengundurkan diri atau meninggal dunia sewaktu-waktu dan Bianca belum menikah dengan Leslie, Fayerlah yang bakal didepak dari posisi Sekretaris Direktur Utama.

Gelagat dari pembicaraan Anne tadi menyiratkan bahwa Jask telah melakukan perbuatan buruk yang berdampak amat luas. Akan lebih baik bila Jask saja yang didepak, bukan si senior.

Tak usah menunggu lama, Anne melihat Clementine keluar dari ruang kantor Wakil Direktur Utama dan mempersilakan Anne menemui Leslie. Tapi hanya Anne sendirian saja. Apa boleh buat, Horatio dan Chloe hanya bisa mengangkat bahu dan menunggu di kursi kosong Ruang Direksi.

Anne sempat menelan ludah, bukan karena ia harus bicara sendirian tanpa dibantu lagi, melainkan karena kali ini seluruh tekanan beban untuk berhasil atau masa depan Everna bakal terancam ada di pundaknya.

Namun kali ini Anne punya “amunisi” lebih, yaitu kenangan dari “Anne lama” tentang masa pertunangannya dengan Leslie dulu. Dalam keadaan darurat, Anne akan menggunakan kenangan itu untuk membuktikan ingatannya telah pulih seluruhnya, sudah tak amnesia lagi.

Sempat terbersit satu rasa dalam diri Anne. Ternyata “Anne lama” memang sungguh-sungguh mencintai Leslie karena tampan, pandai bicara dan berpengetahuan luas, bukan karena mengincar harta warisan, apalagi terpaksa karena dijodohkan saja.

Ingatan itulah yang menguatkan “Anne baru” melangkah masuk untuk bertemu sesama “pesilat lidah”.

“Silakan duduk, Tuan Putri,” kata Leslie dengan wajah amat tegang. “Kuharap hal yang hendak kau sampaikan sepadan dengan waktu yang kusisihkan untukmu.”

Lihat selengkapnya