“Setidaknya lindungilah aku di sana. Aku tak punya kesaktian sama sekali, menembak dengan pistol saja aku tak bisa. Bilamana aku gagal membujuk Bianca, biarkanlah aku melarikan diri lebih dahulu. Terserah apa kalian akan menganggapku pengecut, egois atau semacamnya, yang pasti kalian tahu aku punya tanggung jawab yang amat besar. Jadi aku tak sanggup berurusan dengan kekuatan-kekuatan yang tak bisa kupahami dan kuatasi.”
“Tak masalah,” tanggap Chloe. “Aku akan menyampaikan syarat darimu itu pada tim Arcel saat kami bertemu dengan mereka di sini nanti. Itu pun jika mereka berhasil mendapatkan petunjuk di mana Bianca berada.”
“Lho, bagaimana bisa?” Leslie mengerutkan dahi.
“Ingat, Leslie, aku juga sama seperti dirimu. Aku tak punya kesaktian tapi bakal mengemban tanggung jawab pada negeriku dan seluruh dunia,” kata Anne. “Kita ini pesilat lidah, bukan pesilat tarung. Jadi aku tak akan ikut melacak Bianca dan para musuh lain.
Aku harus pulang ke istana untuk memperingatkan Ayahanda Raja dan Ibunda Permaisuri akan bahaya kudeta dan kemungkinan pengkhianatan Perdana Menteri Lore.”
“A-apa?!” Mata Leslie terbelalak. “Bukankah Pak Stuart Branson amat akrab dengan Raja? Bahkan putranya, Trevor digadang-gadang akan menikah denganmu, ‘kan?”
Tahu dirinya kelepasan bicara, Anne menutup mulut dengan satu tangan. Ia lantas menjawab, “I-iya, tapi keterlibatannya belum terbukti, jadi aku tak ingin menuduh calon mertuaku dulu.”
Melihat Anne gelagapan, Chloe cepat-cepat menoleh ke luar jendela kereta, menunjuk ke satu arah dan berseru, “Lihat! Mobil Stephen datang!”
Perhatian Anne dan Leslie seketika beralih ke arah sebuah mobil uap yang agak berbeda dari mobil uap pada umumnya, baik dari segi bentuk maupun suaranya.
Leslie terpana melihat mobil itu. “I-itu bukan mobil uap!” seru si pria bersuara bariton. “Apa jenisnya, dan apa bahan bakarnya?”
Anne menerangkan, “Itu adalah mobil berahan bakar bensin, dan penciptanya adalah Stephen Elgrade, sahabatku.”
“Wah, hebat juga kau, bisa berteman dengan orang-orang yang menarik, Tuan Putri.”
“Yah, takdir Vadislah yang mempertemukanku dengan mereka. Aku sendiri hanya sibuk melarikan diri dan berusaha bertahan hidup, itu saja.”
Sebelum berlarut-larut, Stephen sudah mensejajarkan mobil dengan kereta Horatio. Anne cepat-cepat menjulurkan kepalanya bersama Chloe dari jendela kereta.
“Bagaimana kabar dari kelompok kalian?” tanya Chloe.
Emily menyampaikan laporannya. “Kami berhasil mengetahui lokasi markas Gregorian dengan membuntuti Stuart Branson. Ini sungguh kemajuan yang pesat! Kini Arcel sedang mengintai musuh di sana dan menunggu bala bantuan. Bagaimana dengan kelompok kalian? Mungkin Chloe bisa ikut dengan kami, biar Putri Anne dan Horatio saja yang ke istana.”