Sebenarnya Anne tak paham apa perubahan sikap para penjaga yang mendadak itu disebabkan karena mereka sungguh mengenali wajah Sang Putri, atau Chloe yang menghipnotis mereka. Namun, daripada berlarut-larut memikirkan itu, Anne memilih tersenyum tipis ke arah para penjaga sebagai tanda terima kasih.
Sesampainya di garasi kereta, rombongan cepat-cepat turun dari kendaraan masing-masing dan bergegas ke gedung istana. Horatio Hymn dan Stephen Elgrade akan menyusul belakangan karena mereka harus memarkir mobil dan kereta dengan rapi dulu, agar tak menimbulkan kecurigaan dan masalah dari pihak istana.
Di depan pintu masuk belakang gedung utama, Anne, Emily dan Chloe jadi pusat perhatian. Pasalnya, mereka sedang memapah Trevor Branson yang sudah cukup sadar dan pulih dari luka-lukanya, namun masih amat lemah karena sempat nyaris sekarat.
Hanya Chloe saja yang tangannya bebas untuk menunjukkan kalung lencana jabatannya pada sekelompok penjaga, pelayan dan pekerja dalam lingkungan istana yang merubung mereka. “Seperti yang kalian lihat, kami sedang mengawal Tuan Putri Anne dan Trevor Branson, putra Perdana Menteri Stuart Branson yang baru kembali di istana ini.”
Rupanya pelayan meja makan dalam kerumunan berkata, “Saya kenal betul wajah Tuan Putri dan Tuan Muda Branson. Dan saya berani jamin mereka adalah asli, bukan samaran.”
Komandan jaga istana berkomentar, “Penjaga, tahan mereka dulu di sini. Biar aku melapor pada Baginda Raja dan Permaisuri...”
Anne memotong, “Kami tak keberatan menunggu di sini, tapi kumohon bawalah Trevor ke klinik untuk ditangani Tabib Istana. Ia masih butuh pengobatan sihir agar pulih lebh cepat.”
Sang komandan terpaku sejenak, menatap tajam bergantian pada Anne dan Trevor. Akhirnya ia berkata, “Baiklah, kalau begitu kalian semua kami kawal ke klinik istana. Ikut kami sekarang juga.”
Rombongan Anne ikut tanpa banyak ribut.
Tiba di bangsal klinik, Anne, Emily dan Chloe membaringkan Trevor di ranjang rawat. Lalu ketiga wanita itu berdiam diri, tak bicara sedikit pun.
Tak lama kemudian, Stephen dan Horatio bergabung bersama teman-teman mereka. Dikelilingi dua belas prajurit jaga, suasana dalam ruang rawat klinik jadi cukup penuh, walau tak sesak.
Selama menunggu kedatangan Raja atau Permaisuri Lore, Anne berusaha mengurangi ketegangannya dengan duduk di sisi ranjang dan memegangi tangan Trevor, air matanya tak berlinang.
Dengan wajah masih pucat, Trevor bergerak gemetar, berusaha membentuk kata demi kata. “K-kita harus cepat... memberitahu mereka, Tuan Putri. Atau lebih baik lagi... aku harus cepat bicara... pada ayahku... memintanya agar menghentikan rencananya. Aku tak keberatan... mati... asalkan nama baik Keluarga Branson tetap... terjaga. Kalau tidak... aku takkan bisa... menikah denganmu.”
“Tenang saja Trevor, cintaku.” Anne menunjukkan ketegaran luar biasa dari sikapnya, nada bicaranya pun tegas. “Aku tak akan menyebut nama ayahmu saat bicara pada Ayahanda atau Ibunda.”
Trevor terdiam sejenak, lalu bicara lagi, “Terima kasih... Anne. Aku sungguh kagum dan mencintaimu, Stardust-ku.” Matanya terpejam dan ia tak bergerak lagi. Hanya dadanya yang naik-turun perlahan, tanda dirinya tidur dengan tenang.