EVERNA Bittersweet Symphony

Andry Chang
Chapter #95

Refrain CLIMAX - Part 2

Takdir yang sama juga akan ditentukan dalam Istana Marlham, tepatnya di bangsal klinik istana.

Hanya selang beberapa menit sebelum Robert Chandler datang untuk menyelamatkan dan membantu Arcel, sebuah insiden lain meledak dan Putri Anne terjebak di dalamnya.

Wajar saja seorang gadis biasa tanpa kesaktian dan kekuatan untuk menangkis peluru dengan tangan kosong seperti Anne kini pucat pasi, keringat dinginnya bercucuran dan tubuhnya gemetar.

Pasalnya Anne, ditambah Raja Henry, Permaisuri Anne dan kawan-kawan Anne berada di tengah bangsal, dikepung todongan senjata api. Ia tak tahu apakah ada orang sakti di antara para pengepung, yang pasti seluruh perhatiannya kini tertuju pada si “tokoh kunci”, pemeran utama dalam lakon kudeta kali ini.

Perdana Menteri Lore, Stuart Branson.

Walaupun gemetaran, Raja Henry berusaha menjaga wibawa dengan menghardik, “Apa-apaan ini, Stuart? Apakah kedudukan sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi di Lore tak cukup untukmu?”

“Pikirkanlah sendiri andai kau jadi diriku, Raja yang naif!” Stu membentak balik. “Di negeri mana pun, Perdana Menteri selalu jadi orang kedua di bawah Raja atau Presiden. Karena Raja adalah jabatan turun-temurun dan aku tak mau putraku Trevor menjadi ‘Pendamping Ratu’ saja, mau tak mau aku harus menjadi Presiden seumur hidup. Itu hanya dapat tercapai dengan mengubah negara monarki menjadi republik dalam waktu sesingkat-singkatnya!”

“Kau gila! Apa kau ingin mengobarkan Revolusi Lore seperti Revolusi Arcadia dulu? Meruntuhkan kekaisaran ribuan tahun dalam seminggu, mengakibatkan kekacauan, pembantaian dan perang saudara? Jangan harap!”

“Aku tak perlu berharap. Aku hanya perlu memaksamu turun takhta. Nah, mengingat kita sudah pernah bersahabat bertahun-tahun sejak aku masih menjadi juru catat istana dan kau Pangeran, aku akan memberimu keringanan besar. Kau, istri dan putrimu akan dikucilkan ke sebuah pulau terpencil di Benua Ubanga, yang ombak di laut sekitarnya begitu dahsyat sehingga tak seorang pun akan berani mengunjungi kalian, selamanya!”

Tiba-tiba dua orang dari pihak pengepung keluar dari formasi pagar betis dan mendekati Stuart.

Salah seorang dari mereka adalah seorang wanita berambut biru yang hanya bagian dada, perut sampai mata kaki saja yang berbalut semacam pakaian dalam berbahan kulit berwarna hitam. Ia lantas protes, “Stuart Branson, bukankah Ketua sudah berpesan agar membunuh seluruh Keluarga Raja tanpa kecuali? Laksanakan saja perintah Ketua, tak boleh ada kompromi!”

Lihat selengkapnya