Gawat! Anne memang belum menembak satu kali pun. Tak ayal, ancaman berondongan peluru musuh makin membuatnya tegang. Terpaksa ia pontang-panting bergerak dan jatuh bangun, berdiri dan tiarap, begitu pula Raja dan Permaisuri.
Giliran Raja Henry tumbang setelah bahu kirinya terserempet peluru nyasar. “Henry!” Histeris, Permaisuri ikut menjatuhkan diri di lantai, memeluk suaminya di posisi tiarap.
Tinggal Anne dan Horatio saja yang masih berdiri. Akan tetapi, melawan lima penembak, nyawa mereka di ujung tanduk. Wajah Anne pucat pasi seketika saat melihat lima pistol secara serempak dibidikkan ke arahnya.
Di detik-detik penentuan hidup atau mati, tiba-tiba terdengar seruan seorang wanita, “Polyrazolumine!” Detik itu pula, lebih dari sepuluh larik cahaya putih menerjang telak kelima penembak dari Ordo Gregorian. Seketika, lima tubuh tanpa nyawa berguguran di lantai bangsal klinik istana.
Mengenali si perapal sihir penyelamat, Anne berseru, “Chloe!”
Tak salah lagi, ternyata Chloe Hewittlah yang jadi satu-satunya pemenang dalam bentrok keempat orang sakti di luar bangsal tadi. Dengan sisa energi sihir terakhirnya ia berhasil membalik situasi. Sepertinya hampir pasti nyawa Anne, Raja dan Permaisuri selamat.
Namun bagaimana dengan nasib Emily Raine? Dengan paha masih berdarah, Stephen tak kuasa berdiri. Ia terpaksa tiarap terus sambil mengharapkan yang terbaik yang terjadi.
Belum sempat siapa pun memastikan situasi, tiba-tiba Stuart Branson menyeruak maju. Ia membidikkan pistolnya ke arah Anne, siap menembak. “Matilah kau, pencetus Zaman Baru!” serunya.
Baik Chloe, Stephen bahkan Horatio mati langkah, tak sempat mencegah pistol Stuart memuntahkan peluru.
Mata Anne terbelalak dan mulutnya ternganga, seolah melihat malaikat maut sedang mengayunkan sabit besar ke arahnya.
Tiba-tiba, sesosok pria berkelebat di depan Anne.
Si pria berambut jingga dan bergelombang jelas pasang badan. Tanpa ampun, peluru pistol Stuart menghunjam tepat di tengah dadanya. Walaupun peluru itu tembus sampai keluar lagi dari punggung pria itu, daya lesatannya hampir sepenuhnya teredam sehingga peluru bergulir dari punggung si pria dan jatuh di lantai.
Namun, tetap saja Anne merasa ada peluru yang menghunjam jantungnya. Dengan histeris ia berteriak, “Trevor! Tidaak!”