Satu ledakan besar terjadi di taman bunga Istana Marlham.
Itu adalah imbas dari bentrokan antara tiga jurus pamungkas dan tiga musafir antar ranah tingkat tinggi di tengah malam buta.
Akibatnya, Arcel Raine, Robert Chandler dan Gregor Engelsohn berpencar ke tiga arah berbeda.
Setelahnya, terbitlah keheningan. Para petarung memulihkan diri masing-masing sekaligus mengukur dan menimbang segala situasi dan kondisi yang ada, baik yang di depan mata maupun di sekitar mereka bertiga.
Pengukuran dan penimbangan situasi di depan mata, itulah yang Arcel Raine lakukan kini, sambil merengkuh perut bawahnya yang terluka walau tak sampai mengeluarkan banyak darah. Ia menatap ke arah lawan dan teman bergantian, memperkirakan reaksi dan langkah keduanya di medan tarung.
Karena beberapa tiang lamput aman ikut tumbang dalam area pertarungan, Arcel jadi agak kesulitan mengamati gerak-gerik Gregor dan Robert. Belum lagi luka-luka baru akibat imbas ledakan tadi, ditambah terkurasnya tenaga dalam akibat pengerahan jurus pamungkas membuatnya terpaku saja di tempat, tak berani maju apalagi menyerang Gregor lagi.
Saat berikutnya, jantung Arcel berdebar kencang. Pasalnya, dari arah kepulan asap sisa ledakan yang membubung bagai kabut sesosok pria bertelanjang dada, berambut putih pendek berjalan tegap, mendekat ke arahnya.
Itu Engelsohn. Dari gelagatnya, jangan-jangan ia berniat untuk mengerahkan jurus lagi untuk menyerang Arcel.
Yang sedikit melegaklan adalah kemunculan Robert dari sisi lain. Pakaiannya masih cukup lengkap walau sudah sobek di sana-sini. Hanya topinya saja yang sudah jatuh, memperlihatkan rambut seputih rambut Gregor, tapi agak lebih panjang. Walau ia tampak kelelahan, pendaran api kecil masih tampak di bilah jingga Golok Grimlock dalam genggamannya.
Namun, Gregor malah menghentikan langkahnya, kedua tangan tetap turun, sama sekali tak tampak pengerahan energi untuk menyerang. Ia malah mengangkat satu telapak tangannya, isyarat bahwa ia ingin bicara.