Kedatangan Caitlin dan Waltzer setidaknya meringankan beban Marc. Kini ia bisa lebih berkonsentrasi mengajarkan keahliannya pada Nabila dan Pashe, bergantian dengan kedua rekannya mencari keterangan lebih lanjut tentang keberadaan Arcel di seluruh Kota Hadassah.
Vanessa lebih banyak menghabiskan waktunya mengawasi Marc dan berlatih, mempelajari sihir. Sebagai seorang elf, gadis itu adalah ahli sihir paling mumpuni di Suku Bahrveh. Pasalnya, hampir seluruh prajurit di sana dari tipe pendekar yang umumnya menguasai ilmu kekebalan terhadap sihir. Kalaupun ada penyihir, tingkat kemampuan dan kekuatan mereka masih bagai kolam dibanding Nessa yang bagai danau.
Karena itulah, keahlian sihir Vanessa sangat diakui dan dihargai oleh seluruh rakyat. Bahkan saat Sharif El-Fachrazi berniat meminangnya sebagai selir, Vanessa menolaknya mentah-mentah. Tak ada pilihan bagi Sharif kecuali menghargai sikap Vanessa itu.
Sebagai balasan, si elf bersedia mengabdi sebagai salah satu agen andalan Sharif yang hanya dipanggil bilamana tenaganya benar-benar dibutuhkan untuk misi-misi tertentu. Alhasil, tiap hari Vanessa berlatih keras, menempa kekuatan sihirnya. Siapa tahu musuh sekuat apa yang akan ia hadapi kelak.
Sepuluh tahun yang lalu, Vanessa dititipi sebuah buku besar oleh mendiang ibu angkatnya, sesaat sebelum sang ibu berpulang. Buku itu berukiran aneh dan detil, terasa berat walau diangkat dengan dua tangan. Itu adalah Buku Sihir Istravel, yang rupanya ditinggalkan bersama Vanessa yang masih bayi di depan rumah Nabila.
Tak jelas apa benar Vanessa adalah keturunan Marga Elf Istravel, namun sesuai pesan dari orang yang meninggalkannya, ia baru boleh mempelajari buku itu saat usianya menginjak lima belas tahun.
Menguasai sihir tingkat tinggi memang sejalan dengan bakatnya dan telah jadi obsesinya. Tak heran ia kesal ditugasi mengawasi Marc sepanjang hari seperti pengasuh bayi seperti ini.
Belum lagi suasana ramai hiruk-pikuk di rumah mereka kini sangat mengganggu konsentrasinya untuk melatih sihir. Marc dan Nabila sibuk membuat roti, jadi ia dan Pashelah yang kini melayani antrian panjang pembeli.
Sudah tiga bulan lebih berlalu sejak kedatangan Marc. Kini segalanya berubah. Mereka sangat sibuk, tapi setidaknya Nabila dan Pashe tampak bahagia, menemukan sumber yang baik untuk mencukupi keuangan keluarga.
Baik, untuk sementara ini Vanessa bisa bertenggang rasa. Namun timbul satu masalah lagi. “Teman-teman” Marc sudah lebih dari dua hari bercokol di kota ini, entah apa saja yang mereka lakukan. Belum adanya instruksi lebih lanjut dari Sharif makin membuat Vanessa gelisah.
Tiba-tiba datang suara lembut. “Roti Musafirnya sepuluh.”
Vanessa tersentak dari lamunannya. Rasa malu cepat-cepat ditutupi dengan senyum manis.
Di akhir transaksi, si pembeli, seorang wanita bercadar dan bertudung berujar, “Ambil saja kembaliannya.” Ia lalu mendekat ke Vanessa dan berbisik, “Ada pesan dari pemimpin. Marc Raine harap menemui beliau saat matahari terbenam hari ini juga di gerbang utara. Bawa senjata dan berpakaianlah sebagai pedagang karavan. Jangan lupa, Marc harus membawa ‘teman-teman pendatang’-nya juga.”
Saat si pembawa pesan pergi, Vanessa sudah yakin bahwa ia Safir, salah seorang anggota harem Sharif. Tapi, apakah Sharif sudah gila? Apa sebabnya orang-orang asing macam Marc dan teman-temannya dipercaya dalam misi rahasia? Gila atau tidak, satu-satunya hal yang bisa Vanessa lakukan sekarang adalah menyampaikannya pada si tangan satu. Sekarang juga.
==oOo==