EVERNA Musafir Ishmina

Andry Chang
Chapter #19

11 Kristal Pelangi Merah - Bagian 2

Tanpa bicara, Arcel berbalik, berjalan perlahan keluar dari ruang kerja. Ia terus menyusuri lorong, hanya menatap punggung sang guru di depannya.

Si manusia dan elf melewati pintu yang dijaga dua elf bertubuh kekar, menuruni tangga ke kedalaman gua. Dengan penerangan obor remang-remang, Arcel agak merapat di dinding gua di satu sisi, melangkah sangat hati-hati supaya tak jatuh ke jurang di sisi sebelahnya. Ditambah hawa panas gua yang lembab, ini sungguh tak nyaman bagi manusia macam Arcel.

Di ujung tangga terdapat semacam jalan setapak yang dibatasi jurang di kedua sisinya. Jalan itu terus mendaki dan berakhir di atas semacam pelataran. Tiga pilar batu berpuncak runcing mengelilingi sebuah altar batu di tengah pelataran itu.

Wajah Arcel tampak terperangah, menunjukkan ia baru pertama kali mendatangi tempat ini. Lebih takjub lagi ia saat matanya tertuju pada sebuah kristal yang melayang, berputar di tempat kira-kira setengah jengkal tepat di atas altar. Berwarna merah, berkilauan dan bening, tak ubahnya batu mirah sebesar dan sepanjang ibu jari pria dewasa dari ujung hingga pangkalnya.

Xavros bicara, “Ini adalah kristal pelangi, batu permata yang mengandung kekuatan sihir termurni di Terra Everna. Aku yakin kau belum pernah melihat ini sebelumnya, bukan?”

Arcel menggeleng.

Xavros menjelaskan, “Saat Ishmina runtuh, keturunan Marga Lenaviel dan Istravel nyaris punah. Mereka yang tersisa entah mengungsi, berkelana atau hidup bersembunyi, terasing dari dunia luar.”

Sepengetahuan bandit muda ini, Xavros termasuk yang ketiga. Tak hanya dia, sisa-sisa Pasukan Elit Kerajaan Ishmina yang dipimpinnya melawan Persekutuan Mesinah dulu kini hidup bersembunyi di gua ini, tak pernah menunjukkan wajah mereka saat keluar markas.

“Nah, saat bersembunyi itulah kami menjelajahi dunia bawah tanah ini, dan kristal inilah penemuan kami yang terbesar.”

Arcel menyimak kisah Xavros ini dengan mata seakan berkilau penuh minat. Namun kejutan terbesar terungkap.

“Ketahuilah, hai anak muda. Merkavah, yang kau sebut namanya sebagai ‘Yang Agung’ ada disana,” Xavros menunjuk ke arah kristal, membuat lawan bicaranya terpana.

“T... tapi, bagaimana bisa...?”

Lihat selengkapnya