EVERNA Musafir Ishmina

Andry Chang
Chapter #28

16 Ujung Sebuah Jalan - Bagian 1

Di lereng bukit depan markas bandit gurun, seakan neraka tengah bergolak.

Udara panas yang lebih menyengat daripada di tanah datar berpadu dengan dinginnya sengatan bilah pedang dan seruan-seruan para insan yang menyabung nyawa. Ibarat mencicipi rasa akhirat sebelum berangkat ke sana.

Walaupun para bandit selalu dianggap sampah masyarakat yang harus dibasmi, bagi Arcel Raine mereka adalah saudara. Lebih teriris lagi hatinya menyaksikan kaum sebangsa saling bunuh, hanya karena berbeda pihak. Para bandit memang kejam dan berdosa besar, tapi apakah harus diganjar dengan kematian?

Seseorang harus menghentikan ini.

Entah pantas atau tidak bagi Arcel menjadi orang itu, ia melesat secepat kilat, berdiri di lereng bukit, di posisi semua orang bisa melihatnya dan berteriak, “Hentikan semuanya! Dengarkan aku!”

Perlu beberapa menit sebelum riuh dentang senjata dan rintik percikan darah mereda.

Yang tampak berikutnya adalah salah satu perwira bandit, Jamila menghampiri Arcel dan membentak kasar, “Apa-apaan kau, Arcel! Tak tampak batang hidungmu, padahal kami sedang terdesak! Sekarang kau muncul, seenaknya suruh kami berhenti! Biar tombak Jamila ajar kau sopan-santun!”

Spontan si wanita kribo menusuk ke arah pimpinannya, namun gagang tombaknya ditahan dengan genggaman tangan besar Walt.

Sesaat kemudian, Caitlin dan pemimpin pasukan utama, Vanessa ikut muncul, hingga Jamila terpaksa membiarkan tombaknya terenggut.

“Bicaralah,” ujar Vanessa, seakan ia sudah tahu yang akan Arcel bicarakan ini.

Disambut suara lantang sang pemuda. “Saudara-saudaraku, sadarlah! Kita hanya diperalat oleh Xavros!”

“Apa? Mustahil!” Para bandit kasak-kusuk.

Arcel meneruskan. “Xavros membunuh ayahku! Ia juga sempat berkata bahwa kalian hanyalah alat, yang pasti akan dibuang setelah tak diperlukan lagi! Sadarlah! Kalian sedang dikorbankan! Lihat sekeliling kalian, adakah Xavros dan pasukan elit elfnya di sana?”

Para bandit termasuk Jamila menoleh ke kiri-kanan. Beberapa dari mereka menggeleng.

Kena sasaran. Arcel lalu menerangkan tentang Walt dan Caitlin yang tadi menyusup ke dalam markas, melawan para elf dan membebaskan dirinya.

“Para elf sedang mengurung diri dalam markas mereka, dan Xavros pasti disana pula. Mereka tinggal menunggu hasil akhir bentrokan ini. Kalau kalian menang, bagus, tapi kalau kalah mereka pasti mengambil alih markas dari tangan kalian!”

Keterangan Arcel itu menerbitkan ekspresi terperangah di wajah-wajah para bawahannya. Bahkan Jamila yang ganas sekalipun berseru, “Arcel benar! Xavros musuh kita bersama! Ayo, kita serbu ke dalam, bebaskan diri dari belenggu Merkavah!”

Para bandit bersorak, “Ya! Basmi Xavros! Xavroslah musuh sebenarnya!”

“Kurasa itu bukan ide bagus.” Vanessa menimpali.

“Apa kau bilang?” Jamila mendelik.

Lihat selengkapnya