EVERNA Musafir Ishmina

Andry Chang
Chapter #30

17 Merkavah - Bagian 1

Kembali Xavros mengatupkan dua tangan di depan dada, merapal sihir. Bedanya, kali ini aura merah di balik punggungnya membesar dan membesar, membentuk bayangan sesosok makhluk raksasa.

Wajah dan perawakan raksasa merah hampir mirip Atog. Bedanya, figurnya berdiri tegak. Enam tanduk sepanjang pedang menghiasi kepalanya. Enam lengan berujung bagai lembing bergerak-gerak unjuk kekuatan. Alih-alih ekor, tubuh bagian bawahnya memanjang seperti tubuh ular.

Vanessa menunjuk sosok raksasa itu, bibirnya bergetar. “M-Merkavah adalah sesosok... Esper!”

“Tepat, gadis kecil!” Suara Xavros bertambah berat, seakan itu orang lain yang bicara. “Ratusan tahun terpenjara, energi merah yang ia serap dari dalam kristal kini melimpah-ruah. Berjodoh dengan mitra yang tepat, kini Merkavah bisa mewujud sebagai Esper, roh pelindung!”

Keringat dingin Vanessa bercucuran, sementara si gadis banyak akal itu mencoba mencari solusi. Arcel menyentuh bahunya dengan lembut, membuat Vanessa kembali tenang. Sorot matanya berkilau saat satu gagasan terbit dari benaknya.

Vanessa mengikuti gaya Xavros, mengatupkan kedua tangan, memejamkan matanya dan merapal, “An Vorpal Aschi!”

“Eit, tak boleh!” Xavros menunjuk ke arah sasaran. Esper Merkavah menembakkan enam larik lembing merah ke arah itu.

Dengan sigap, Arcel yang menempatkan diri tepat di depan Vanessa mengayunkan pedangnya, menangkis lima lembing. Lembing keenam menyerempet tulang kering dan tumit Arcel, tak cukup kuat untuk menjatuhkan si pendekar muda.

“Pemanggilan selesai,” ujar Vanessa. Di depannya kini, sesosok makhluk berdiri tegak. Satwa raksasa ini berkaki empat, berkepala dan bersayap elang, bertubuh mirip rubah, memiliki sembilan ekor rubah dan berwarna putih keemasan. Ia meraung dengan suara melengking.

“Inilah kekuatan pinjaman dari Vadis. Vorpal, Tunggangan Suci Vadis. Bantulah kami, kalahkan iblis itu,” seru Nessa.

 Vorpal, sesama Esper melengkingkan persetujuannya. Lalu ia mengepakkan sayap-sayapnya dan membubung ke udara. Kedua matanya yang tajam tertuju pada satu sasaran, Merkavah. Satwa dewata itu terbang secepat kilat, menerjang Merkavah hingga menjauh dari “inang”-nya, dari pergolakan di tengah arena.

Refleks, Xavros menembakkan sinar merah ke arah Vorpal. Namun sinar itu malah terpental ke arah lain, seolah-olah ada pelindung tak terlihat di tubuh satwa itu.

“Heh! Kebal sihir rupanya!” Xavros lalu berbalik dan berucap, “Tak masalah, Merkavah mampu mengalahkannya.” Matanya menyorot, kembali mengamati medan. Ekspresinya tampak tenang. Jiwanya sudah menyatu dengan Merkavah, jadi ia tak perlu berdiam diri melakukan kontak batin dengan Espernya.

Sedetik kemudian, Xavros maju secepat kilat ke arah Arcel. Arcel yang sudah siap menyambutnya dengan sabetan pedang. Mendadak, Xavros memutar tubuh, berkelit ke samping Arcel dan menusukkan pedang ke Vanessa yang ada di balik si pemuda.

Gadis elf yang sedang tersambung batin dengan Esper Vorpal itu jelas jadi sasaran empuk serangan musuh. Saat ujung pedang Xavros tinggal sejengkal lagi menembus tubuh Vanessa, tiba-tiba satu sabetan pedang mementalkannya ke arah lain.

Lihat selengkapnya