Kecuali, mungkin...
Tiba-tiba, di tengah hiruk-pikuk pertempuran, sebuah suara bergema. “Kami menyerah!”
Seruan itu tak pelak membuat Geld Nacorian terkejut bukan kepalang. Mulutnya ternganga, matanya terbelalak menatap orang yang menyerukan kepasrahan itu.
Sharif El-Fachrazi.
Tak hanya itu, untuk menunjukkan keseriusan ucapannya, Sharif bahkan melempar goloknya ke tanah. Bahkan para pengawal pribadi, Mirah dan Safir serta para pahlawan, Arcel, Vanessa dan Caitlin yang masih terus bertempur melindungi Sharifpun tersentak oleh tindakan tak terduga itu.
Sang pejuang pantang menyerah akhirnya menyerah.
Sebagai Panglima Pasukan dari negeri-negeri yang beradab, Geld menyelaraskan reaksinya dengan berseru sekeras-kerasnya, “Bahrveh sudah menyerah! Semua, hentikan kontak senjata!”
Perlu waktu beberapa menit hingga seluruh kedua pasukan berhenti menumpahkan darah. Suasana pertempuran yang mencekam berangsur-angsur beralih menjadi suasana serba canggung, wajah-wajah kebingungan bertebaran dimana-mana.
Ditinjau secara nalar, posisi pasukan Kota Hadassah kini bagai pulau dikepung samudera, tak ada celah untuk menerobos atau membalik keadaan. Mereka berhasil mengurangi setengah jumlah penyerang dengan bantuan Pasukan Khamsin. Apa daya ratusan prajurit yang rata-rata luka-luka ini menghadapi musuh yang lebih banyak dua kali lipat?
Bahkan Geld yang sebenarnya kalah duel dengan Sharifpun harus mengakui, kemenangan hampir pasti di tangan Pasukan Persekutuan Mesinah. Tindakan Sharif itu semata-mata untuk menyelamatkan rakyat dan prajurit Kota Hadassah yang tersisa, jangan sampai sukunya punah.
Tapi tidak. Dalam benak Geld, Bahrveh tak ubahnya suku kaum barbar, penipu dan haus darah. Segala pembicaraan mereka tentang Pasukan Khamsin Palsu, Xavros dan Separatis Ishmina hanya isapan jempol semata.
Jadi, dengan pemikiran itulah Geld melangkah maju di depan pasukan dan berseru, “Bahrveh! Dengarkan amanatku! Kalian sudah menyerah dengan sukarela, tapi itu tak menghilangkan kejahatan kalian!”
Sharif membentak, “Apa maksudmu, Geld?”
“Mulai detik ini, Kota Hadassah sepenuhnya di bawah kekuasaan Persekutuan Mesinah! Sharif El-Fachrazi dan semua perwiranya akan dihukum mati, seluruh rakyat dan tentara Suku Bahrveh akan diasingkan sebagai budak belian!”
“Apa?” Sharif menggeram, kembali memungut senjatanya. “Biadab kau, Geld! Kalau harus begini jadinya, kutarik kembali pernyataan menyerah tadi! Lebih baik kami mati hari ini daripada mati sia-sia dan jadi budak Nirvana!”
Arcel menimpali, “Lagipula, si biang kekacauan, Xavros sudah kami tumpas. Ini buktinya.” Ia mengacungkan salah satu dari dua Pedang Mithril di tangannya.