Detektif Jean dan Theo menatap bangunan yang menjulang tinggi di hadapan mereka. Theo menatap jam tangannya, pukul 3 siang dan ibunya belum juga menghubunginya. Ia berharap bisa bertemu ibunya disini.
"Apa ibumu bilang terakhir kali sedang berada disini?" Tanya Detektif Jean memastikan.
"Tidak. Setelah ada urusan pekerjaan di Paris, mommy terakhir bilang tidak bisa langsung pulang karena ada urusan mendadak di kantor manajemennya,” jawab Theo sambil mencoba mengingat.
"Dimana itu?"
"Star Model Management.”
"Hmmm… menarik,” kata Detektif Jean sambil kembali menggaruk dagunya yang sebenarnya tidak gatal.
"Apa yang kau rencanakan Detektif?" Kata Theo penasaran.
"Apalagi, kita harus bertanya di dalam sana. Mungkin ibumu sedang tertidur di sana sehingga tidak kunjung pulang menemui putranya,” gurau Detektif Jean sambil menunjuk gedung di hadapan mereka.
Detektif Jean dan Theo kemudian masuk kedalam kantor pusat rumah mode terkenal di dunia itu, Rochelle. Siapa yang tidak tahu Rochelle?, brand fashion mewah yang sangat eksklusif. Sudah dipastikan hanya orang-orang kaya saja yang bisa memakai produk-produk mereka. Detektif Jean dan Theo kemudian menghampiri dua resepsionis yang sedang sibuk di meja kerja mereka.
"Excuse me, apa kau pernah melihat Alessandra Kloss di sini kemarin mungkin sekitar pukul 4 hingga 5 sore?" Tanya Detektif Jean kepada salah seorang resepsionis itu.
Resepsionis itu sepertinya tidak fokus mendengarkan perkataan Detektif Jean dan hanya memperhatikannya dari atas sampai bawah. Mungkin mereka bertanya-tanya, kenapa wanita kumal itu menanyakan keberadaan Alessandra Kloss. Ditambah lagi, wanita kumal itu membawa seorang anak yang memakai pakaian mahal. Apa wanita itu penculik?, atau penjahat?, apa ia harus melaporkannya ke security?. Pertanyaan-pertanyaan itu mengalir bebas di kepala sang resepsionis.
"Halo… aku sedang bertanya?" Kata Detektif Jean sambil menjentikkan jarinya.
Resepsionis itu akhirnya tersadar dan menggelengkan kepalanya mencoba untuk fokus kembali.
"Ti… dak, kami tidak bertemu dengannya kemarin,” jawab salah satu resepsionis masih menatap keheranan.
Mendengar hal itu sebenarnya membuat Theo sedikit kecewa dan semakin khawatir akan keberadaan ibunya.
"Apa Alessandra Kloss sering datang kemari?" Tanya Detektif Jean penasaran.
"Tentu saja, dia merupakan salah satu model kami. Setiap ada fashion show dia pasti akan datang kemari untuk melakukan fitting. Ah… aku jadi ingat. Besok Rochelle akan mengadakan fashion show untuk memamerkan koleksi musim ini, dan tidak seperti biasanya Alessandra belum melakukan fitting. Padahal model-model yang lain kemarin datang kesini. Tapi kami tidak melihatnya sama sekali kemarin.”
Pernyataan resepsionis itu membuat Detektif Jean menyipitkan matanya curiga. Detektif itu terlihat memutar otak. Resepsionis itu bilang tidak melihat keberadaan Alessandra sama sekali, tetapi sinyal ponselnya terakhir terlacak disini kemarin. Berarti ada pintu lain di gedung ini yang tidak terlihat oleh resepsionis. Jalan satu-satunya adalah melihat rekaman CCTV untuk memastikan semua itu, tetapi ia tidak mungkin diperbolehkan untuk melihat rekaman CCTV dengan seenaknya.
Detektif Jean memperhatikan sekelilingnya. Ia melihat para pegawai bisa masuk ke dalam gedung dengan menggunakan kartu identitas. Tidak mungkin ia dan Theo bisa masuk sembarangan. Apa boleh buat, Detektif Jean harus mengeluarkan jurus andalannya.
"Aduhhh!!!" Kata Detektif Jean merintih kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Detektif, ada apa?!" Tanya Theo panik melihat keadaan Detektif Jean.
"Perutku sangat sakit, Nak?, kurasa perutku sedang bermasalah. Tapi, sepertinya disini tidak ada toilet?" Jawab Detektif Jean sambil terus memegangi perutnya.
"Apa dia tidak boleh masuk untuk pergi ke toilet?" Tanya Theo memohon kepada resepsionis.
"Hmmm… masalahnya kami tidak memperbolehkan sembarang orang untuk masuk," jawab resepsionis itu bingung.
"Aduhhh… aduhhh… aku sudah tidak tahan,” rengek Detektif Jean.
Resepsionis itu tampak berpikir sebentar, ia harus mematuhi peraturan kantor tapi sebenarnya ia kasihan juga kepada wanita di hadapannya itu. Akhirnya resepsionis itu memilih untuk membantu Detektif Jean.
"Mari ikuti aku!" Kata resepsionis itu sambil berjalan ke arah gate access control.
Dalam hati, Detektif Jean merasa puas karena dengan mudah mengelabui resepsionis itu dengan trik recehannya. Resepsionis tersebut kemudian membuka akses tersebut dengan kartu miliknya, Detektif Jean dan Theo mengekor di belakang resepsionis itu.
"Diujung sana kau bisa belok ke kanan, disana ada toilet staf,” jelas resepsionis itu.
"Baiklah, terimakasih atas bantuanmu,” kata Detektif Jean sambil tetap memegangi perutnya.
Detektif Jean melihat ke arah resepsionis itu. Setelah resepsionis itu dirasa sudah benar-benar pergi, Detektif Jean kembali berjalan tegak seolah tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Melihat hal tersebut membuat Theo sedikit shock.
"Heh, kau hanya berakting?" Tanya Theo tidak percaya dengan tipu muslihat detektif itu.
"Dalam situasi seperti ini, kita harus berpikir cerdik.”
Theo akhirnya mengerti dengan cara berpikir Detektif Jean. Pasti ada rencana-rencana di luar nalar yang sedang berputar di otak detektif itu.
"Kurasa kau layak mendapat Piala Oscar. Aktingmu sangat menyakinkan,” sahut Theo dengan sarkas.
***
Detektif Jean dan Theo akhirnya berhasil menemukan ruangan CCTV, setelah berputar-putar selama beberapa menit di dalam gedung tersebut. Mereka berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan dan bersembunyi di balik pot tanaman yang cukup besar. Detektif Jean sedang mengamati suasana sekitar sebelum benar-benar melancarkan aksinya.
"Jadi tujuanmu ke ruangan itu?" Tanya Theo sambil mengikuti arah pandangan Detektif Jean.
"Mmmm... resepsionis itu tidak melihat ibumu kemarin. Pasti ibumu datang dari pintu yang lain. Di ruangan itu bisa menjawab bagaimana bisa sinyal ibumu berakhir disini,” jawab Detektif Jean sambil menunjuk ke arah ruangan CCTV.
Dirasa situasi sudah aman, Detektif Jean menatap Theo dan seketika perasaan anak itu menjadi tidak enak.
"Nak, kau bisa mengintip kedalam ruangan itu?. Periksa apakah ada orang atau tidak!"
"Kenapa harus aku?" Jawab Theo dengan polosnya.
Detektif Jean memutar bola matanya malas.
"Apalagi?. Ya... karena kau anak kecil sehingga orang-orang tidak akan terlalu curiga kepadamu!" Jelas Detektif Jean.
Theo tampak berpikir sebentar untuk mengumpulkan keberaniannya.
"Cepatlah!, kau mau cepat bertemu dengan ibumu tidak?!" Perintah Detektif Jean sambil mendorong tubuh Theo untuk segera berjalan menuju ke ruangan itu.
"Baiklah… baiklah… aku akan kesana!"