Everybody Has Gone Crazy

Eviannelise
Chapter #4

The Return of The Legend

Theo dan Detektif Jean sedang berdiri di depan gedung apartemen hampir tiga puluh menit lamanya. Theo sebenarnya juga tidak tahu apa tujuan mereka melakukan ini, ia hanya mengikuti perintah Detektif Jean. Ia hanya tahu mereka akan menemui Roland Watson.

"Kurasa kita terlalu membuang waktu?. Sebenarnya apa yang kau tunggu Detektif?" Tanya Theo sambil melirik jam tangannya. 

"Sabarlah sebentar!" Jawab Detektif Jean sambil celingukan. 

'TINNN'

'TINNN'

Detektif Jean tampak melambaikan tangannya ke arah sebuah mobil tidak jauh dari mereka berdiri. Mobil Jeep berwarna hitam itu akhirnya berhenti tepat di depan Theo dan Detektif Jean. Seorang pria tinggi kekar dan jangan lupakan kepala plontosnya yang mengkilap turun dari mobil tersebut dan menghampiri Detektif Jean. Pria itu memberikan sebuah amplop dan sebuah kunci yang sepertinya kunci mobil tersebut. Detektif Jean kemudian melihat isi amplop tersebut.

"Okay, jumlahnya seperti perjanjian. Kau boleh pergi!" Kata Detektif Jean sambil mengibaskan tangannya mengusir.

Sepertinya pria itu juga tidak keberatan dengan sikap Detektif Jean. Ia langsung pergi dengan ekspresinya yang datar.

"Jangan heran, dia memang seperti itu," kata Detektif Jean tiba-tiba seperti tahu isi kepala Theo. 

"Dia mantan ketua gangster," imbuh Detektif Jean sambil berjalan masuk ke dalam mobil tersebut. 

Tunggu, apa itu mobil Detektif Jean?. Sepertinya iya, terlihat dia begitu hafal dengan setiap inci kemudi mobil tersebut.

"Jadi kau punya mobil?" tanya Theo dengan sedikit penekanan dengan kata-katanya. 

"Mmm, kenapa?" jawab Detektif Jean sambil memasang seat belt nya.

"Seharusnya kau bilang dari kemarin!, kau tahu sudah berapa dollar uang yang aku keluarkan hanya untuk naik taksi?!" Kata Theo sambil berteriak kesal. 

"Itu urusanmu Nak, aku sudah bilang semua biaya perjalanan adalah tanggunganmu. Oh, jangan lupa mobil ini juga tidak gratis," jawab Detektif Jean dengan santainya. 

"Aku tahu, tapi setidaknya jika … "

"Cepatlah naik!" Potong Detektif Jean mencegah keributan. 

"Kau mau cepat bertemu dengan ibumu tidak?" tanya Detektif Jean kepada Theo yang masih kesal. 

"Baiklah … baiklah … aku akan berikan diskon nanti. Cepatlah naik!"

Theo kemudian menuruti permintaan Detektif Jean untuk masuk kedalam mobil. Ia duduk di samping Detektif Jean.

"Pasang seat belt mu!" Perintah Detektif Jean dan Theo melakukan perintah tersebut.

"Siap?" tanya Detektif Jean. Theo hanya mengangguk singkat.

Detektif Jean kemudian memacu mobilnya. Awalnya terlihat normal, tapi lama-lama Detektif itu menaikkan kecepatannya. Terlihat speedometer mobil tersebut menunjukkan angka 120 km/jam. Dengan lihainya Detektif Jean menyalip mobil-mobil yang berada di depannya. Jalanan Kota New York terasa seperti lintasan balap bagi Detektif Jean. Sedangkan Theo, merasakan dirinya seperti berada di wahana rollercoaster. Sampai-sampai ia berpegangan erat sekali pada seat belt-nya. Detektif Jean akhirnya menghentikan mobilnya tepat di seberang sebuah gedung. Buru-buru Theo keluar mobil dan memuntahkan isi perutnya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Detektif Jean dari dalam mobil.

"Uhuk … uhuk … kurasa menghabiskan uang untuk naik taksi jauh lebih baik dibandingkan harus naik mobilmu Detektif," sahut Theo lemas.

"Ayy … ini tidak ada apa-apanya. Kau harus membiasakan diri," timpal Detektif Jean dengan santainya.

Perkataan Detektif Jean membuat Theo semakin lemas. Detektif itu memang sudah gila. Theo hanya menyandarkan badannya pada mobil. Ia menatap gedung yang berada di seberangnya itu, Star Model Management. Tidak lama kemudian Theo menangkap seorang pria yang tidak asing baginya keluar dari gedung tersebut. Buru-buru ia masuk kembali kedalam mobil untuk memberitahu Detektif Jean.

"Detektif … Detektif … itu dia Paman Roland," kata Theo dengan panik.

Detektif Jean mengikuti arah pandangan Theo dan mendapati seorang pria pendek berperut buncit dengan rambut klimis belah pinggir. Pria itu masuk kedalam mobilnya yang diikuti oleh lusinan pengawal pribadi. 

"Okay … target telah muncul. Bersiaplah Theo, kita akan pergi mengikutinya!" 


***

Roland Watson menghentikan mobilnya di pintu belakang Skylight Clarkson Square, tempat diadakannya acara fashion show seperti yang dikatakan oleh resepsionis Rochelle kemarin. Detektif Jean terlihat seperti sedang menyusun rencana, terlihat dari raut mukanya yang serius. 

"Theo, aku akan masuk ke dalam sana," kata Detektif Jean sambil mengenakan kaca mata hitamnya. 

"Tunggu, kau tidak bisa masuk ke dalam sana sembarangan Detektif," timpal Theo sembari menahan tangan Detektif Jean.

"Tenang, aku punya rencana. Apa kau membawa ponsel?" tanya Detektif Jean kemudian.

Detektif Jean tampak meraba sesuatu di kursi belakang. Sebuah koper kecil ala film mata-mata berhasil ia dapatkan. Detektif Jean kemudian membuka koper tersebut dan seketika membuat Theo terpukau. Detektif itu mengeluarkan sebuah alat berbentuk kotak kecil dengan sebuah bulatan seperti kancing dari dalam koper tersebut. 

"Wow, apa itu sejenis kamera mata-mata? Bagaimana kau bisa mendapatkannya Detektif?" kata Theo terkesima melihat alat tersebut. 

Detektif Jean hanya tersenyum melihat ekspresi konyol Theo.

"Mmmm … aku akan menyambungkannya pada ponsel mu. Theo, aku akan masuk dan menyamar sebagai petugas keamanan di dalam sana. Sedangkan kau akan tetap disini, beritahu aku siapa saja orang yang berada di dalam sana dan dekat dengan Roland Watson."

"Siap Detektif!" jawab Theo dengan semangat. 

Detektif Jean kemudian berjalan ke pintu belakang gedung tersebut. Ia mengendap-endap memastikan tidak ada yang melihatnya. Detektif itu pergi menuju ruang ganti staf keamanan dan menemukan sebuah setelan jas yang tidak terpakai. Buru-buru ia memakai setelan tersebut sebelum ada orang lain masuk ke dalam sana. Ia menarik salah satu kancing kemeja setelan tersebut dan menggantinya dengan kamera kecil berbentuk kancing yang ia bawa tadi. Langkah awal telah berhasil ia lakukan, langkah selanjutnya adalah mencari keberadaan Roland Watson. Detektif Jean mulai berjalan menyusuri tempat tersebut. Satu persatu ruangan telah ia datangi. Banyak sekali orang yang berlalu-lalang di dalam sana, hingga Detektif Jean cukup kesulitan mencari keberadaan Roland Watson. Kemana perginya pria itu tadi?. Detektif Jean sempat bertanya-tanya dalam hatinya. 

"Detektif ...?" 

Terdengar suara Theo beberapa kali memanggil namanya melalui earpiece yang dikenakan oleh Detektif Jean. Anak itu seperti kesenangan mencoba mainan barunya itu.

"Yakk … jangan main-main Theo," balas Detektif Jean sedikit kesal.

"Aku hanya ingin mencobanya."

Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat seorang pria pendek berperut buncit dengan rambut klimis belah pinggir. Detektif Jean dapat mengenali dengan mudah bahwa pria itu adalah Roland Watson. Pria itu terlihat berbelok entah menuju kemana. 

"Itu Paman Roland Detektif!" teriak Theo.

Lihat selengkapnya