Liv merasakan ketakutan menamparnya berlipat ganda. Alarm di kepalanya hampir meledak.
“Aku ... aku ....”
“Kamu ingin punya anak, kan? Demi seorang anak kamu tega membohongiku? Apa kamu tidak mendengarku, Liv? AKU TIDAK MAU PUNYA ANAK!”
Karena tahu dia akan segera berhadapan dengan kemarahan mengerikan, ketakutan Liv mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Menyelamatkan diri. Tanpa pikir panjang, perempuan itu beringsut ke kanan secara tidak kentara. Saat merasa ada kesempatan, Liv berlari menuju pintu sekencang mungkin. Namun, Liv terkesiap ketika jubah mandinya ditarik dan dia hampir terjengkang ke lantai. Sebuah tangan meraihnya, memintanya berdiri.
Wajah Liv kehilangan darah. Rasa dingin yang menakutkan mencengkeram tubuhnya pelan-pelan. Lelaki itu membalikkan tubuhnya dengan gerakan lambat, membuat rasa takutnya kian menyiksa.