Malam merupakan saat – saat semuanya mulai terlihat gelap, cahaya juga belum tentu bisa membantu untuk menerangi segala rasa takut. Sama halnya, ketika lampu yang mendadak padam dan membuat suasana menjadi semakin mencekam.
“AAAAALLLLL!!!” Jeritan Ex yang histeris dari dalam kamarnya.
Kamar tidur Al berada dilantai satu, setiap pemadaman listrik terjadi, Ex akan mengalami ketakutan yang tidak bisa dikontrol oleh dirinya sendiri. Sontak Al yang mendengar jeritan itu dan langsung berlari menuju kamar Ex, dengan kondisi yang gelap gulita tanpa pencahaan sedikitpun.
“AAAAALLLLL!!!!” Jeritan yang masih terdengar didalam kamar.
“Sabar Ex! Al cari lampu duluuu” Jeritnya membalas Ex.
Setelah membongkar lemari penyimpanan, Al menemukan apa yang dia cari dan langsung bergegas menuju kamar Ex. Matanya memang masih terpejam, tapi tangannya terasa begitu dingin, serta keringat yang terus bercucuran dari keningnya.
“Lama banget sihhh!!” Rengek Ex yang ketakutan.
“Biar gak gelap banget Ex” Jawab Al menghidupkan lampu emergency yang dia bawa.
“Senter di Handphone kan adasih” Sentak Ex mengeluh kepada Al yang lambat.
“Gak bakal seterang ini” Jawab Al lagi, “Udahya, Al udah disini! Balik tidur lagi gih” Lanjut Al duduk dipinggir tempat tidur Ex.
Al menggenggam tangan Ex yang masih tertidur di ranjang tempat tidurnya, sembari mengelus perlahan rambut Ex sampai dirinya benar – benar tertidur pulas tanpa rasa takutnya lagi.
***
Disisi malam yang lainnya, ada Dev yang sedang mencoba tertidur dibalik lantai jeruji besi yang dingin. Hari ini dirinya tertangkap tawuran antar sekolah lagi, dan ini juga bukan pertama kali baginya. Penjara sudah seperti mainannya sehari – hari, lantai dingin sel tahanan juga seperti tempat tidur baginya.
“Devano Collins” Panggil petugas polisi membangunkan Dev yang tertidur pulas.
“Saya bebas?” Tanyanya yang masih setengah sadar, sembari mengusap matanya berkali - kali
“Iya, semuanya sudah diurus dan kamu juga sudah dijemput” Lanjut sang petugas membebaskan Dev.
Dev merenggangkan tubuhnya setelah bermalas – malasan di lantai tadi, seperti merasa tidak melakukan apapun. Dev berpamitan dengan melontarkan senyuman simpul kepada Pak Polisi yang membukakan gembok sel-nya.
“Dingin” Ujar Desi, memberikan jaket tebal kepada Dev yang hanya mengenakan kaos polos berwarna hitam.
Dev mengenakan jaket pemberian Desi dan berjalan dengan santainya melewati setiap Polisi yang sedang bertugas malam itu. Desi merupakan tangan kanan Papanya untuk mengurus segala permasalahan yang Dev lakukan di sekolah maupun diluar sekolah.
“Mau aja sih disuruh – suruh” Ucap Dev kepada Desi.
“Ini sudah tugas saya Dev” Jawabnya tersenyum kecil, “Kamu bisa pulang sendiri? Atau perlu saya hubungi supir lagi?” Lanjutnya bertanya.
“Gue mau lo yang nganter” Ujar Dev melemparkan kunci mobilnya.