Dev sedang bermain di dalam kelasnya, melompati satu per satu meja untuk mengusir rasa bosannya dengan cara kekanak - kanakan. Dev tidak akan memperdulikan dirinya dimarahi oleh pemilik meja atau apapun itu, yang terpenting dia merasa senang.
Gubraaak!!
Terdengar suara yang begitu keras dibelakang, ternyata Dev sudah tergeletak dilantai. Setelah gagal melompati meja terakhir karena ada seseorang yang dengan berani menarik meja miliknya. Siapa lagi orang itu kalau bukan, Ex. Hanya Ex satu – satunya orang yang seberani itu kepada Dev.
“Lo fikir sekolah ini punya lo!!” Tegas Ex menatap Dev dengan tatapan tajam.
Dev mencoba berdiri setelah dia merasa pinggangnya hampir patah, “Lo fikir nyawa orang juga bisa lo beli pake uang?!” Tantang balik Dev menunjuknya, sembari memegang pinggangnya yang kesakitan.
Sejak pertama kali mereka berdua menginjakkan kaki disekolah ini, tidak satupun dari mereka berdua akur. Mereka selalu terlibat perkelahian mulut, permasalahan kecil hingga besar pun pernah dialami mereka. Sampai akhirnya, mereka tidak pernah menyangka akan berada di satu kelas yang sama.
“Yaudah! Kalau lo mau berumur panjang, kecualikan meja gue!” Lanjut Ex dengan tegasnya menantang Dev.
Dev menyengir licik, kakinya seperti terasa ringan dengan melompat keatas meja Ex. Menendang semua buku berada di atas meja, dan memberikan banyak cap menggunakan tapak sepatunya diatas meja. Dev sengaja melakukan semua itu untuk memancing emosi Ex, setelah dirinya merasa puas akan semua tingkahnya. Dev turun dari meja dan langsung pergi meninggalkan Ex yang meneriakinya.
“DEVANOOOOOOO!!!” Teriak Ex yang sangat kesal sampai wajahnya memerah.
“Meja lo! Harus jadi salah satunya” Tegas Dev, memutar tubuhnya dan memberikan tatapan sinis.
Ex yang sudah begitu emosi tidak membiarkan Dev meninggalkannya dengan mudah, dengan keras Ex menarik paksa rambut belakang Dev sampai dirinya terjungkal kebalakang. Dev langsung merintih kesakitan, tetapi perempuan psikopat ini hanya menatapnya dengan penuh dendam.
“CEWE GILAA!!!” Rintih Dev memegang rambut belakangnya.
Ex menendang tulang kering kaki Dev dan pergi meninggalkannya, Ex tidak pernah memperdulikan segala tingkahnya. Apapun yang dia lakukan, selama itu puas untuknya. Maka Ex akan senang hati melakukannya tanpa rasa bersalah. Langkah Ex terhenti didepan pintu, Guru yang menghalangi langkahnya tadi pagi sedang memandangnya dengan mata yang berkaca – kaca sekarang. Ex hanya memandangnya tanpa ekspresi, tapi tiba – tiba Guru tersebut membungkukkan badannya dan meminta maaf.
“S…saya minta maaf” Ujarnya membungkuk didepan Ex, “Saya tidak tau kalau kamu anak dari pemilik sekolah ini” Lanjutnya memohon maaf.
“Terserah! Tapi lain kali jangan berani menyentuh saya menggunakan tangan kotor kamu!” Ucap Ex meninggalkannya pergi.
Alasan Dev begitu membenci Ex adalah sifatnya yang tidak bisa menghargai orang lain, seketika Dev melupakan rasa sakitnya dan menghampiri Guru mereka yang menangis setelah meminta maaf kepada Alexa.
“Lain kali, gak perlu minta maaf kalau Ibu ngerasa gak salah” Kata Dev membantunya menegakkan badan kembali.
Guru tersebut terbilang masih sangat baru disekolah ini, dia masih tidak mengetahui kedudukan Ex ataupun Al disekolah ini. Dia hanya ingin menjalankan tanggung jawabnya sebagai Guru, tetapi sayangnya dia melakukan itu pada orang yang salah.
“Terima kasih, tapi ini memang kesalahan saya” Jawabnya memberikan senyum kepada Dev.
“Ex bukan main”.
“Males banget deh berurusan sama Ex”.
Orang – orang mulai menceritaiya lagi di belakang, seperti biasanya sampai Ex sudah merasa kebal mendengar semua ocehan buruk orang lain tentang dirinya.
***
Apapun yang terlihat didalam kelas saat ini, semuanya terlihat sangat membosankan. Tidak ada yang menarik dan hanya membuat Dev ingin tertidur pulas saja. Matanya beberapa kali terpejam tanpa sengaja, kepalanya juga mulai terasa berat dan beberapa kali juga hampir terjatuh keatas meja.
“Psssst!” Sahut kecil temannya dari luar kelas.
Sesekali lemparan kertas di terima kearah Dev, tapi Dev tidak menyadarinya karena sibuk menopang kepalanya agar tidak tertidur. Ex merasa risih dan sangat terganggu karena ulah teman – teman Dev, tendangan keras ke kaki meja Dev diberikan oleh Ex sampai Dev tersentak dari rasa ngantuknya.