Aku masih teringat jelas dengan semua kenangan yang tergambar jelas tentang seorang laki-laki yang dulu hanya bisa ku kagumi lewat pandangan.
Terbesit sedikit rasa tidak percaya karena satu ketidakmungkinan yang selalu aku hindari sejak dahulu. Kata temanku, jangan pernah menyukai laki-laki yang menjabat sebagai ketua osis sekaligus kapten basket itu, nanti patah hati.
Tapi aku terlanjur suka.
Perangainya dingin. Itu yang semua orang gambarkan tentang dirinya. Mendapati senyumnya bahkan lebih sulit dari mengerjakan soal ulangan matematika.
Aku kira, pesona laki-laki yang tak terbantahkan dan memiliki sikap yang sebelas duabelas seperti es hanya ada di novel romansa yang sering kubaca. Ternyata, begitu memasuki jenjang sekolah menengah akhir aku benar-benar menemukannya.