“Mana makin cantik aja, gue nggak tahan kalau nggak ajak balikan dia,” gumam Gamma ketika ia melihat Mana dan juga Tania masuk ke dalam kantin. Keenan yang sedang menyeruput jus jeruk miliknya lantas tersedak dan menyemburkan jus tersebut.
“Astaghfirullah, nggak baik buang-buang minuman kayak gini,” ujar Kokoh berceramah.
“Nggak sengaja, Koh!” jawab Keenan sebelum Kokoh mulai berceramah panjang lebar.
“Eh, eh, lo mau ke mana?” tanya Keenan kala melihat Gamma bangkit dari duduknya.
“Nyamperin Mana, mau ajak balikan.” Gamma berlalu meninggalkan kedua temannya dan menghampiri Mana yang sedang berada di kedai soto bersama Tania.
“Gitu, tuh, kalau udah kalap sama cinta. Dulu aja gonta-ganti pacar, sek–”
“Istighfar, temanku. Tidak baik jika seperti ini, alangkah baiknya kita mendoakan Gamma supaya berhasil mengajak balikan Mana,” potong Kokoh cepat. Keenan merinding, entah mengapa tubuhnya selalu saja bereaksi aneh ketika Kokoh mulai memunculkan gelagat ala-ala ustadnya seperti ini.
“Geli gue kalau model bicara lo kayak begitu, Koh!”
“Astaghfirullah, untung Kokoh sabar,” tutur Kokoh seraya mengusap dadanya dramatis. meskipun dalam hati ia juga merasakan geli dengan gaya bahasanya barusan. Keenan dan Kokoh mengalihkan perhatian mereka ke arah Gamma yang kini tengah berbincang dengan Mana. Terlihat pria itu seperti menjelaskan sesuatu, namun sang gadis tidak menggubris dan malah pergi meninggalkan kantin.
“Na, tunggu!” teriak Gamma.
“Lo, sih. Dia jadi nggak nafsu makan, kan, gara-gara lo!” kesal Tania.
“Kok, jadi lo yang marah, sih?”
“Jelas lah gue marah. Mana itu sahabat gue, gue nggak akan rela kalau Mana disakitin sama lo!”
“Sopan dikit dong sama kakak kelas.” Bukan Gamma, melainkan Keysa. Keysa ini memang terkenal dengan kecantikannya, tubuhnya yang proporsional membuatnya banyak dilirik oleh para pria di SMA Gadjah Mada ini. Terlebih dirinya adalah seorang model. Keysa ini mantannya Gamma. Masih sering mengejar Gamma karena gadis itu memang tidak terima diputuskan begitu saja oleh Gamma. Apalagi alasannya karena Gamma ingin berpacaran dengan Mana saat itu. Keysa jelas sangat membenci Mana, karena Mana, seorang Keysa bisa putus cinta dengan Gamma. Namun, setelah mendengar kabar bahwa Gamma dan Mana sudah putus, hati Keysa berseru girang, dirinya semakin gencar untuk mendekati Gamma lagi.
Bukannya menjawab perkataan Keysa tadi, Tania justru berbalik keluar dari kantin. Tidak, Tania tidak takut. Kalaupun ia harus bergelut dengan Keysa, dia siap. Tania ini anak taekwondo, sabuknya sudah hitam. Untuk menghabisi Keysa yang terlalu ‘centil’ itu bukan hal yang susah bagi Tania. Sekali tendang saja, mungkin Keysa sudah tersungkur. Namun Tania sedang tidak selera saat ini untuk beradu. Sahabatnya, Mana, tengah dilanda kesedihan karena diputuskan secara sepihak oleh Gamma dua hari yang lalu. Ia harus menghibur sahabatnya, jangan sampai Mana terlalu berlarut dalam kesedihan ini.
“Nggak tahu sopan santun banget emang!” kesal Keysa.
Gamma menatap gadis yang lebih pendek darinya, “Lo ngapain di sini?”
“Ketemu kamu,” ucap Keysa seraya bergelayut manja di lengan Gamma. Sedangkan dua dayangnya, Siska dan Olin hanya mampu memainkan rambut mereka masing-masing.
“Ngapain, sih?”
“Ajak balikan kamu, Gam. Kan, udah putus sama Mana. Berarti ada dong kesempatan buat aku dapatin hati kamu lagi.”
Gamma menghela napas, membiarkan Keysa bergelayut di lengan kekarnya. Gamma berjalan cepat tanpa aba-aba kepada Keysa, membuat gadis itu berjalan terpontang-panting karena tidak dapat mengimbangi langkah Gamma.
“Aduh, duh. Gam, pelan-pelan dong jalannya!” Gamma tidak peduli, dirinya lantas menghempaskan Keysa, membuat sang Ratu Sekolah terjembab ke lantai.
“KEYSA!” teriak para dayangnya. Gamma berdecak, “Kalau ngimbangin langkah gue aja lo nggak becus. Gimana gue mau balikan sama lo?” ucapnya datar dan berlalu meninggalkan Keysa yang sedang mendramatisir keadaan bersama kedua dayangnya.
“Ratu nggak pa-pa?” tanya Olin polos.
Keysa memelotot tajam, “Nggak pa-pa matakau lima! Lo nggak lihat gue jatuh kayak gini? Gendong gue!” perintahnya kepada Siska dan juga Olin. Mereka berdua hanya mampu mengangguk pasrah dan mengangkat tubuh Keysa. Namun karena lemahnya Siska dan Olin, baru saja berjalan satu langkah, mereka sudah terjatuh bersamaan. Membuat mereka bertiga berteriak karena sakit.
“Keen, lo tahu nggak?” tanya Kokoh tiba-tiba kepada Keenan saat mereka tiba-tiba sudah berada di dekat Keysa, Siska, dan juga Olin.
“Apa?”
“Gue punya tebak-tebakan.”
“Iya, apa?”
“Tiga orang cewek yang paling tolol di sekolah ini siapa?”
Keenan sempat berpikir, namun Kokoh memberi kode dengan lirikan matanya yang mengarah ke tiga perempuan yang sedang terduduk di lantai. Sejurus kemudian, Keenan dan Kokoh langsung berseru nyaring. “Ya mereka bertiga! Hahaha!” tawa keduanya seraya menunjuk Keysa dan kedua anteknya yang tengah terduduk di lantai. Mereka bak duyung-duyung yang terdampar.
“Ngeselin, ya, lo berdua!” teriak Keysa tidak terima. Keenan justru menjulurkan lidahnya dan merangkul Kokoh untuk mencari Gamma. Jika tidak di kelas, mungkin pria itu sedang berada di rooftop sekolah.
***
Mana menenteng ransel berwarna jingganya dan bergegas keluar kelas. Hari ini suasana hatinya sedang tidak baik, mungkin karena efek putus dengan Gamma dua hari yang lalu. Sampai sekarang, Mana pun tidak tahu apa alasan Gamma memutuskannya. Sebenarnya Gamma mencoba untuk menjelaskan, namun karena Mana sedang di masa pemulihan hatinya, ia jadi sensitif dan gampang menangis. Ia tidak ingin bertemu Gamma dulu, karena tidak mau jika tiba-tiba menangis di depan Gamma.
Baru saja satu langkah kaki Mana keluar dari kelas, dirinya sudah harus dikejutkan dengan sosok yang berdiri di ambang pintu kelasnya. Mana mendongak, terlihat Gamma yang menunduk menatap dirinya yang memang lebih pendek lima senti meter dari Gamma. Mana menghela napas, sebenarnya ia sendiri juga bingung mengapa Gamma bertingkah seperti ini. Pasalnya, setahu Mana, Gamma jika sudah putus tidak akan peduli lagi dengan mantan-mantannya. Bahkan langsung melupakan begitu saja. Tapi kenapa dengan Mana tidak?