Exchange !!!

Rio Parikesit
Chapter #2

GAGASAN TUKAR PERAN

Aku baru saja menutup halaman terakhir dari buku rumus matematika yang sedang kupelajari serius saat Ibu mengetuk pintu kamarku dan mendapati diriku tengah berbaring santai di atas tempat tidur dengan buku-buku catatanku bertebaran di atas ranjang . Aku memang tengah mengejar materi-materi sulit matematika berikut latihan soalnya untuk persiapan Olimpiade kurang dari 2 minggu lagi, mulai dari trigonometri sampai bab persamaan linear, geometri bidang sampai bilangan vektor, dan masih banyak bab lainnya yang sebenarnya sudah cukup kukuasai. Istilahnya, hanya perlu pematangan saja menuju hari pengujian tiba.

“Ngapain Pri?”, tanya Ibuku lembut.

“Belajar Mah.”

“Turun giih, makan dulu, sudah pada ngumpul tuh”, rupanya Ayah dan Al sedang menikmati makan malamnya di meja makan, kupikir.

“Iya duluan Mah, bentar lagi nih. Aku nyusul ntar ke bawah”, jawabku sambil merapikan semua buku sekolahku ke dalam tas.

                                                             ===0===0===

“Coba aja ya Dan gue jadi lo, lo jadi gue. Kan enak tuh.”

“Enak darimana? Ngaco lo Don.”

“Ya enak lah. Lo banyak disukai cewek.”

“Sama aja, muka kita kan sama. Kalo tuh cewek suka sama gue, harusnya dia juga suka sama lo.”

“Ya kagak lah Dan, kita emang kembar tapi kan tetep beda.”

Bukan. Itu bukan percakapan aku dan saudara kembarku. Itu hanyalah sepenggal dialog antara Dani dan Doni dari tontonan komedi rutin yang tayang setiap malam, tentang sepasang saudara kembar yang saling berkhayal tak jelas. Aku dan Al tengah menikmati waktu santai di ruang keluarga usai menghabiskan semua yang tersaji di meja makan. Buah-buahan, puding, sirup, semua dilahap habis tanpa meninggalkan sisa, dengan disuguhi tontonan hiburan komedi barusan yang tak henti-hentinya mengocok perut kami yang seakan mau meledak kekenyangan. Tiba-tiba ide gilaku muncul seketia.

“Al, lo pernah kebayang ga kalo saudara kembar kayak mereka tuh tiba-tiba tukeran?”, tanyaku mencari tahu respon Al.

“Hahahaha itu kan cuma di tv, ga betulan. Jangan dibawa serius kalo nonton tv”, jawab Al setengah meledek yang entah kenapa terdengar sangat menyebalkan buatku. Dia kembali mengarahkan pandangannya pada tv.

“Ini bukan tentang mereka.”

Sejenak Al kemudian terdiam dan menerka-nerka arti dari kalimatku.

“Maksud lo?”

“Iya, kita tukeran !!”, sahutku lantang tanpa ragu. Aku kembali melanjutkan.

Lihat selengkapnya