Excursion to World's Heart

Dei Arcana
Chapter #18

Bab 18

Trompet pertempuran ditiup di kejauhan, berbunyi menyampaikan bahaya kepada semua orang yang mendengarkan, termasuk Darius yang akhirnya sudah menerima kabar dari para pengintai yang dia kirim.

Tentu saja, tidak semuanya kembali, dan mereka yang berhasil kembali memiliki ketakutan tersendiri yang sudah mereka ceritakan secara jelas di depan Darius, sesuatu yang menghentikannya menemani sang istri menemu si Badai.

Mereka berbicara tentang makhluk-makhluk besar yang tinggi dan tentara-tentara iblis dengan perlengkapan yang bersinar, diimbuhi semacam sihir mahal bila Darius harus menebak dari tulisan-tulisan pagan yang diukir ke perlengkapan mereka sesuai gambaran para pengintai.

Dan terakhir, mereka menggambarkan sumber dari ini semua, sebuah gereja kecil di barat laut kerajaan Darius yang hampir berbatasan dengan Yidia dan Yudia.

Dia sendiri tidak mendengar kabar apa pun dari adik-adiknya yang ada di kedua tempat itu, meskipun memperhitungkan jarak antara mereka, hampir mustahil dia tidak mendengar apa pun jika saja hal yang sama terjadi di sana.

Dari sana, Darius menebak bahwa kejadian ini terisolasi, hanya menginginkan kerajaannya sendiri, jelas sekali tampak dari penyebaran mereka yang berusaha menginfeksi seluruh tanah kekuasaannya.

Apakah ini ada hubungannya dengan simbol-simbol itu ...? Dirinya bertanya dalam kepala, tidak bisa menghapus kemungkinan itu melihat bagaimana orang-orang yang datang menawarkan diri untuk membersihkan semua masalah ini datang sebab hal yang sama.

Semakin dia pikir masalah kemungkinan itu, semakin masuk akal di dalam pikirannya, membuat dia lekas berdiri dari kursinya setelah selesai menggambarkan jalur terbaik bagi sang Badai dan komplotannya.

Kakinya melangkah cepat, melewati semua rak buku dan hiasan lainnya dalam ruang kerjanya untuk membuka pintu dan, “Ah!” Menemukan istrinya di sana.

“Athelina ....”

“Darius.”

“Aku baru saja akan memanggilmu untuk makan malam.”

“Sudah selarut itu, huh?”

“Tidak, tapi aku punya banyak hal untuk diceritakan!”

“Begitukah?” Darius tersenyum pada sang istri, “Kalau begitu.” Sebelum akhirnya setuju untuk memindahkan percakapan mereka ke meja makan, “Mari.”

Di sana, meja panjang mereka terisi penuh dengan berbagai jenis makanan, sesuatu yang jelas sekali mustahil mereka habiskan.

Keduanya bahkan tidak benar-benar makan, Darius sibuk mendengarkan istrinya yang sibuk menceritakan tentang sang Badai dan eksploitasinya.

Benar memang bahwa Darius seharusnya tahu lebih banyak daripada istrinya, tapi mendengarkan sang istri mengulang kembali apa yang si Badai katakan tentang perjalanannya adalah hal yang menghibur.

Melihat bagaimana sang Badai menceritakan eksploitasinya dari sudut pandangnya sebagai sesuatu yang membawa bahagia dan menyenangkan bagi semua partisipan.

Lalu, topik mereka bergerak ke arah yang lebih personal, “Ternyata Robin adalah istri tuan Mayn.” Dengan sang istri yang mulai memberikan Darius informasi yang tidak dia tahu sebelumnya.

Darius tersedak tidak percaya, gadis itu tampak terlalu muda untuk menikahi si Badai. Mereka terlalu berbeda, dengan salah satunya terlalu besar sementara yang lain terlalu kecil.

“Benarkah?”

Sang istri mengangguk menjawab Darius yang akhirnya berhasil menyelamatkan nyawanya dan menelan makanan yang tersangkut di tenggorokan.

Melihat itu, sang istri terus melanjutkan, menceritakan hal yang lebih personal lagi tentang George dan kawan-kawan hingga malam menua, dan hari berganti menjadi pagi yang lebih indah.

Mengawali pagi, Robin oleh suara ketukan pintu. Menjawabnya menunjukkan seorang prajurit yang mengantarkan sepucuk surat dengan segel kerajaan.

Merasa bahwa surat itu penting, Robin memanggil kawan-kawannya yang lain sebelum dia membukanya, sebuah niat yang cukup sulit untuk Robin wujudkan.

“Quinn!” Sebab si pendek yang tidur di lantai tiga tidak ada niat untuk bangun hari ini, sudah dilelahkan oleh proyek yang harus dia paksa selesai dini hari tadi.

Si raksasa sendiri punya masalah berbeda, “George!” Dia sudah tidak ada di kamarnya saat Robin mengetuk.

Membuat Robin bergidik saat George muncul di belakang dengan Lucy di sampingnya, “Apa?” Tanya si pria dengan senyum lebar di wajah.

“Aku kira kalian masih tidur!”

Lihat selengkapnya