Expired Girl Expired Money

daun kecil
Chapter #3

MBAK LITA

 

SAMPAI sekarang masih menjadi misteri keabsahan pernikahan Parmin dan Lita. Ada gosip bahwa Parmin dan Lita menikah secara sirih.

Beberapa bulan setelah Parmin menjadi duda muda, karena perkawinannya hanya bertahan tiga bulan, Parmin me-rantau ke Surabaya. Ia bekerja sebagai kuli panggul di pasar. Mungkin di sanalah Parmin bertemu dengan Satelit, yang akrab dipanggil Lita.

Kepulangan Parmin bersama Lita membuat heboh satu desa. Entah apa yang membuat Parmin menikahi Lita, mungkin Parmin adalah tipe pria penyayang ibu, sehingga mencari perempuan yang lebih tua dan keibuan untuk dijadikan pen-damping hidup. Ataukah Parmin sudah putus asa dengan ke-sendiriannya, sehingga ia memilih Lita karena tak ada pilihan yang lain. Saat itu Lita mengaku bahwa usianya masih tiga puluh tahun, banyak orang tak percaya karena wajahnya menunjukkan usia empat puluh tahun ke atas.

Setelah pulang dengan status kawin, Parmin membeli becak dari uang sisa hasil bekerja di Surabaya, tentu saja becak-nya adalah becak bekas dengan harga miring. Setiap pagi Hani melihat Parmin mengayuh becak lewat jalan di depan rumah-nya, yang duduk di depan tak lain adalah istri Parmin. Ia duduk layaknya seorang putri keraton yang duduk di kereta kencana.

Istri Parmin bekerja sebagai pembantu rumah tangga, di sebuah rumah dekat pasar. Majikan Lita adalah keluarga ketu-runan China. Setelah Parmin mengantar istrinya ia akan pergi ke pasar untuk mangkal menunggu peumpang memilih becaknya. Jika pasar sudah sepi, ia akan pulang dan tiduran sambil mendengarkan lagu-lagu dangdut lawas. Jam empat sore lelaki ber-tampang sangar itu akan mengayuh becaknya kembali dan menjemput istrinya. Begitu setiap harinya, hanya becak kenda-raan yang dipunyai keluarga Parmin.

Hani dan warga lainnya sering memanggilnya Mbak Lita saat bertemu. Seringkali istri Parmin itu bertengkar dengan kakak iparnya yang tak lain adalah Suryati, karena Lita sering mengambil kayu Suryati tanpa ijin. Setiap Lita berbicara, Suryati selalu menanggapi dengan nada penuh prasangka.

Ketika Hani mengepel lantai, ia melihat Lita berjalan. Tubuhnya tampak ringkih dengan memakai daster warna merah bermotif bunga-bunga. Daster baru. Pikir Hani, mungkin pemberian dari majikannya, atau baru beli dari obralan.

“Mbak Hani nyapu, mau dibantu mbak?” Istri Parmin itu berhenti dan menawarkan bantuan, tentu saja jika Hani meng-gunakan jasa Lita, ia harus memberinya upah.

“Tidak usah Mbak Lit. Kok nggak kerja?”

“Libur mbak, majikan saya sedang liburan di Surabaya.” Ucapnya sambil memegangi punggung, encok Lita tampaknya kumat. “Ya sudah Mbak, saya mau belanja dulu.”

“Hehe.. iya..” Hani meneruskan menyapu halaman karena daun rambutan banyak yang gugur terkena angin.

 

***

 

Lihat selengkapnya