Expired Girl Expired Money

daun kecil
Chapter #16

KOINNYA PARA LELAKI

HANI kaget melihat Pak Sindung, penampilannya tak kalah gaul dengan anak muda jaman sekarang. Laki-laki tua itu memakai celana pendek selutut dengan banyak saku. Atasan kausnya dilapisi rompi yang tak bisa menutupi perutnya yang buncit, sepatunya pun tak kalah gaul, dengan memakai sepatu kets. Ia datang bersama anaknya yang masih berbaju batik rapi.

“Wah ternyata benar kata Dwi, Mbak manis. Tehnya saja kalah manis.”

“Gombal bangkotan tua, bapak ingat umur. Jangan suka gombal melulu.” Sahut Dwi, anak Pak Sindung. “Maafkan bapak saya mbak, hehe... jangan dimasukkan hati.”

“Hehe... gak apa mas, Pak Sindung penampilannya juga tampak masih tujuh belas tahun.”

“Tuh, benar kata bapak, kamu harus niru gaya Bapakmu ini. Mbak Hani saja suka.”

“Hmmm... Mbak Hani, mana uangnya, segera tunjukkan Mbak, sebelum bapak menggoda mbak.”

Hani menunjukkan uang yang ditaruhnya di toples dan uang kertas yang ada di album foto. Pak Sindung langsung membuka toples yang berisi uang koin dan mngeluarkannya. Hani teringat sesuatu. Koin Pis Arjuna yang dipesan anak Pak Sindung lupa dipisahkan! Pak Sindung melihat-lihat koin satu persatu, Hani memberi isyarat pada lelaki bertampang kukang itu tentang uang koin Pis Arjuna yang belum dipisahkannya. Seketika ia pura-pura ikut mengamati koin, dan mencari-cari uang koin itu.

“Apa yang kau sembunyikan Wi?” Pak Sindung tampak-nya tahu saat anaknya diam-diam mengambil sebuah koin, dan memasukkan ke sakunya. “Bapak belum selesai mengamati, berikan ayo!”

“Nggak ada yang aku sembunyikan Pak. Lho, tanganku kosong.” Kilah Dwi.

“Tapi sakumu tidak kosong, ayo berikan atau bapak ambil sendiri.” Ancam Pak Sindung sambil terus mengamati koin peninggalan Jepang. “Uang kuno ini, sangat langka dan benar-benar unik, tak salah saya datang ke sini mbak.”

Mendengar ucapan Pak Sindung Hani hanya bisa ter-senyum tipis, karena benar-benar merasa tidak enak telah lupa dengan janji yang dibuatnya.

“Ini koinnya pak, habis lihat kembalikan lho..” Dwi tampak begitu enggan menyerahkan uang koin Pis Arjuna itu.

Pak Sindung melihatnya dengan saksama, membolak-baliknya dan mulai mengerutkan dahi. “Apa aku tak salah lihat! Lhoh.. ini Koin Pis Arjuna! Koinnya para lelaki. Sudah lama aku cari koin ini. Mau kau sembunyikan!”

“Siapa cepat ia dapat, wong Mbak Hani sudah menjualnya kepadaku. Tanya saja sama Mbak Hani.”

“Iya Pak, benar. Maaf uangnya sudah saya jual ke anak bapak kemarin. Sekarang mau diambil. Bukankah bapak rencananya mau membeli koin kuno peninggalan Jepang?”

“Emang Dwi berani bayar berapa ke mbak? Saya berani bayar dua kali lipat.”

Lihat selengkapnya