Expired Girl Expired Money

daun kecil
Chapter #18

MUKENA DAN KAIN KAFAN

SEMUA warga tahu bahwa keadaan Parmin menjadi tidak stabil setelah Lita pergi bersama anaknya. Bu Romlah pun merasa kasihan, ia juga merasa kehilangan atas kepergian istri tetangganya itu.

Kesedihan Parmin bertambah, karena kambing satu-satunya yang tersisa mati karena sakit. Bu Romlah melihat Parmin dan Suryati mengubur kambing mereka yang terakhir di lokasi yang sama dengan kambing sebelumnya dikubur. Kambing pemberian pemerintah habis sudah, mati satu per satu.

“Sudah diberi saran, jual saja. Sekarang mati semua.” Ucap Bu Romlah.

“Ya sudah takdirnya mati.” Ucap Parmin sambil menim-bun kambing yang telah dimasukkan ke dalam lubang galian.

“Harusnya usaha itu, ya dibarengi dengan doa. Tak pernah kulihat kau sembahyang Min! Kau juga Ti, cari kayu saja nggak pernah sembahyang.”

“Hehe... Bu Romlah ada-ada saja, wong saya dan Mas Parmin nggak bisa ngaji bagaimana mau sembahyang. Lagipula saya nggak tahu caranya.”

“Kau tahu Pak Kaji Tres, yang mbangun Musala dekat perempatan.”

“Iya tahu, emang kenapa Bu?”

“Ia mengajak warga satu desa untuk sembahyang, Ia juga ngajar ngaji. Bahkan juga membagikan mukena bagi yang mau. Aku saja juga ikut ngaji bareng sama ibu-ibu lain, awalnya ya nggak bisa tapi sekarang mulai bisa. Kalau kau mau nanti aku bawakan mukena. Kita ke musala bareng.”

“Nggak usah bu saya malu, saya nggak pernah sembah-yang kok tiba-tiba ikut sembahyang.”

“Bu Romlah jangan memaksa, yang nanggung dosanya juga bukan Bu Romlah.” Sahut Parmin sambil mengusap keringat di keningnya. Ia telah selesai mengubur. “Yang nama-nya ibadah, nggak bisa dipaksa bu, nanti kalau kami sudah mendapat hidayah pasti kami akan sembahyang.”

“Hmmm, diajak ke jalan yang benar kok susah.” Bu Romlah meninggalkan Suryati dan Parmin.

Semua orang di desa tahu bahwa Pak Sutresno merupa-kan Haji dua kali yang terkenal dermawan, akrab dipanggil Pak Kaji Tres. Ia membangun musala di Desa Sukowati, dan sesekali membagi-bagikan makanan pada penduduk yang mau mengaji dan salat di musalanya. Tak hanya itu, mukena, Juz Ama dan kitab Al-Quran dibagikan dengan gratis. Hal tersebut berhasil menarik minat warga untuk salat dan mengaji di musala, banyak ibu-ibu yang belum bisa mengaji diajari Pak Tres dari awal.

Bu Romlah membawakan mukena untuk Suryati dan Sarinem yang merupakan titipan dari Pak Tres. Ia datang ke rumah Suryati untuk mengantarkannya. Saat itu Mbok Nem sedang duduk di teras menikmati sore.

“Suryati di mana Mbok Nem? Kok sendirian.” Tanya Bu Romlah yang kemudian duduk di samping Mbok Nem.

“Ti..... Ti.. dicari Bu Romlah!” Teriak Sarinem memanggil keponakannya.

“Ada apa tho Mbok Nem...” tanya Suryati sambil menuju teras.

“Kau sibuk Ti?” Tanya Bu Romlah melihat Suryati yang membawa piring di tangannya.

“Tadi habis mbujuk Emak biar mau makan, kadang harus dipaksa. Kalau nggak gitu ya nggak mau makan.” Jawab Suryati yang kemudian meletakkan piringnya dalam rumah, kemudian keluar duduk di samping Sarinem.

Lihat selengkapnya