Expired Girl Expired Money

daun kecil
Chapter #19

ULAR VS KUKANG

HANI mendengar suara ribut di ruang tamu, mungkin itu tamu orang tuanya. Terdengar suara orang-orang bercanda dan tertawa. Penasaran, akhirnya gadis itu mengintip dari balik pintu, yang merupakan pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah. Ia kaget bukan main! Di sana ada banyak sekali orang, ada orang tuanya yang sedang ngobrol sambil senyum-senyum, mereka terlihat sangat bahagia, yang paling mengherankan Hani melihat Pak Sindung bersama anaknya-anaknya. Ada Dwi di sana yang tersenyum malu-malu, dan tiga pria lainnya yang tampak asing. Hani terus menguping, berusaha mendengar pembicaraan mereka.

Lelaki berwajah kukang itu melihat Hani. Ia tersenyum sok imut. Gadis pemalu itu langsung menyembunyikan diri. Ia melihat Ana yang sedang lewat sambil makan kue.

“An, ada apa kok rame banget di depan?” Tanya Hani dengan suara pelan.

“Ih, sok nggak tahu. Mbak Hani itu, sedang dilamar. Hehehe... wajah pacar kakak kok aneh banget sih. Kayak kukang.” Jawab Ana sambil terus makan kue.

Hani tak percaya dengan apa yang dikatakan Ana. Hatinya begitu kalut, di kamar ia terus mondar-mandir tak percaya akan hal yang dikatakan adiknya. “Bagaimana bisa aku dilamar oleh pria yang mirip kukang purba itu!” Gerutu Hani.

Ia membuka jendela kamar, menghirup udara yang mungkin bisa menenangkan pikirannya. Ada sebuah pohon mangga yang telah habis daunnya, Hani menatap pohon itu. Kemudian matanya tertuju pada seekor ular yang melilit ranting pohon. Ular itu begitu indah, berwarna-warni. Kepalanya berwarna biru terang, badannya berwarna merah menyala, dan ekornya... berwarna hitam. Hani yang gelisah menjadi begitu tenang melihat ular yang berwarna-warni itu. Namun lama-lama sang ular menatapnya dengan tatapan marah, menakutkan. Tiba-tiba ular itu meloncat ke arah jendela!! Hani terkejut, berteriak dan berusaha menghindar. Seketika ular besar itu berhasil me-lilit leher jenjangnya. Anak Bu Romlah itu tak bisa bernapas, lehernya tercekik. Ia berusaha minta tolong namun suara tak bisa keluar. Lilitan ular itu begitu kuat hingga tak bisa dilepas-kan, usaha untuk menarik tubuh ular itu pun sia-sia. Bu Romlah dan Pak Lukman datang membantu. Tetap saja lilitan ular itu tak bisa lepas. Hani terbangun!

Mimpi itu begitu buruk, hingga Hani memegang lehernya, serasa benar-benar habis dililit ular. “Semoga mimpi barusan bukan pertanda buruk.” gumamnya. Gadis itu keluar dari kamar dan melihat jam dinding, yang sudah menunjukkan jam dua. Ia melanjutkan tidur di ruang tamu, karena masih mengantuk. Dibacanya doa sebelum tidur biar tidak mimpi buruk lagi. Namun Hani malah tidak bisa tidur. Dari jendela kaca ia lihat Dwi sedang duduk santai bersama tiga kucing lainnya yang juga peliharaan Parmin. Ia jilati bulu kakinya, lalu bulu perutnya, punggungnya, ekornya, Hani mulai setuju dengan pendapat temannya yang pernah mengatakan bahwa kucing mendapat gelar hewan paling bersih, bukan karena sering mandi tapi karena sering menjilati bulunya. Tubuh gemuk Dwi meng-isyaratkan bahwa Parmin memelihranya dengan baik walau ditinggal Lita.

Dulu Hani pernah mencoba merawat anak kucing bersama Ana, namun gagal. Karena kucing kecil itu semalaman mengeong membuat seluruh penghuni rumah tak bisa tidur, dan ia membuang kotoran di tumpukan baju Ana. Hal itulah yang membuat Ana kesal, lalu langsung mengembalikan anak kucing itu ke pemilik sebelumnya, Bu Esti. Padahal, Ana sangat menggebu-gebu ingin merawat kucing itu ketika pertama kali melihat. Namun tindakan sang kucing telah membuat Ana ilfil.

Sebuah mobil VW kodok milik Dwi anak Pak Sindung kembali, memasuki halaman rumah Bu Romlah. Hani merapikan rambutnya yang tampak acak-acakan. Sang pemilik mobil lalu keluar, mengetuk pintu.

Tok.. Tok Took... Hani membiarkan anak Pak Sindung mengetuk pintu agak lama. Setelah dirasa cukup lama, baru ia buka.

Gadis itu tahu apa yang membuat kedatangan laki-laki itu kali ini. Bukan untuk membeli uang kadaluarsa, karena transaksi mereka sudah selesai. Tetapi untuk sesuatu yang tertinggal. “Lho Mas Pur!” Ucap Hani pura-pura kaget dengan kedata-ngannya setelah membuka pintu. “Saya tahu Mas Pur pasti mencari barang Mas Pur yang hilang. Silakan masuk dulu.”

Lihat selengkapnya